Judul yang sudah diperbaiki dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia: "Ngugi wa Thiong’o Bukan Sekadar Penulis, Ia Juga Seorang Pejuang | Seni & Budaya"
Ngugi wa Thiong’o sangat mencintai tarian. Bahkan lebih dari menulis. Hingga usia 80-an, saat tubuhnya mulai melemah akibat gagal ginjal, ia tetap akan berdiri dan menari hanya dengan membayangkan musik, apalagi mendengarnya. Irama mengalir deras di kakinya seperti kata-kata yang mengalir dari tangannya ke atas kertas. Begitulah cara aku selalu mengingat Ngugi—menari. Ia meninggal pada … Baca Selengkapnya