Pencarian terhadap murid-murid sekolah yang tersapu banjir di Provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan, telah dilanjutkan setelah sempat dihentikan semalaman, menurut para pejabat.
Anak-anak tersebut sedang dalam perjalanan ke sekolah di kota Mthatha ketika bus mereka terbawa arus banjir saat melintasi sebuah jembatan pada Selasa pagi.
Total delapan jenazah, termasuk sopir bus, telah ditemukan sejauh ini, kata pejabat keamanan masyarakat Eastern Cape, Xolile Nqatha, kepada stasiun TV swasta Newzroom Afrika.
Pejabat lain menyebutkan tiga siswa berhasil diselamatkan pada Selasa, tetapi tidak jelas berapa jumlah siswa yang berada di dalam bus, yang kemudian ditemukan di tepi sungai dalam keadaan kosong.
Lembaga penyiaran publik SABC melaporkan bahwa ketiga anak yang diselamatkan ditemukan sedang bergantung pada pohon.
Pada Rabu pagi, Perdana Menteri Eastern Cape Oscar Mabuyane mengunjungi lokasi kejadian untuk melihat upaya penyelamatan dan bertemu dengan masyarakat yang terdampak.
Ia mengatakan kepada Newzroom Afrika bahwa meskipun situasi ini “sangat sulit”, ia “cukup puas” dengan respons layanan darurat.
Afrika Selatan dilanda salju lebat, hujan, dan angin kencang yang secara resmi telah menewaskan 14 orang—sembilan akibat banjir dan lima dalam kecelakaan jalan.
Hampir 500.000 rumah mengalami pemadaman listrik pada Selasa, dan penyedia listrik milik negara, Eskom, mengatakan sedang berupaya memulihkan pasokan.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban sembari mendorong warga untuk “berhati-hati, peduli, dan bekerja sama saat dampak terburuk cuaca musim dingin melanda seluruh negeri.”
Eastern Cape—tempat kelahiran ikon anti-apartheid Nelson Mandela—menjadi wilayah yang paling terdampak oleh cuaca ekstrem ini, bersama dengan Provinsi KwaZulu-Natal.
Cuaca buruk ini memaksa penutupan beberapa jalan utama di kedua provinsi untuk menghindari korban lebih lanjut.