Buka White House Watch newsletter gratis
Panduan kamu buat tau arti periode kedua Trump buat Washington, bisnis, dan dunia.
Penulis adalah kepala strategi pasar di Jefferies.
Aku kaget liat banyak profesional investasi jadi pesimis dalam 2 bulan terakhir. Banyak klien, kolega, dan saingan gak bisa pisahin kekhawatiran mereka soal politik AS dari tanggung jawab finansial mereka.
Orang-orang ini, setelah diradikalisasi oleh kelompok intelektual makro, menghabiskan waktu mereka memprediksi kegagalan kebijakan AS ketimbang fokus bangun keuntungan modal. Emosi harusnya gak ada dalam proses trading. Tanya aja Warren Buffett, raja investasi yang tenang.
Sekarang, banyak investor yang panik berlebihan. Mereka khawatir soal rak kosong di Target, inflasi seperti tahun 70-an, jatuhnya dominasi dolar, sampai resesi pasar obligasi karena utang.
Aku udah coba lawan semua pikiran negatif yang dipolitisasi ini. Sementara orang lain ramalkan resesi dan akhir keunggulan AS karena perang dagang, aku bilang kebijakan tarif Trump harus dilihat sebagai strategi negosiasi.
Aku juga yakin tekanan pasar obligasi bisa diatasi dengan operasi seperti "Treasury Twist" untuk tekan imbal hasil jangka panjang. Dan kenaikan pasar saham & obligasi setelah Plaza Accord 1985 bisa jadi petunjuk tren makro AS ke depan.
Kita masih jauh dari akhir keunggulan AS. Tapi kadang aku kayak karakter Kevin Bacon di film Animal House, teriak "Tetap tenang, semua baik-baik aja!"
Di sisi positif, histeria ini bawa peluang trading bagus. Lihat aja kenaikan S&P 500 20% dari April atau kenaikan 33% saham tech "Magnificent Seven".
Meski pasar udah stabil, banyak yang masih cari-cari alasan buat jual aset berisiko. Sayangnya, aku yakin mereka bakal terus pengaruhi narasi pasar. Kunci sukses jangka panjang adalah abaikan kegaduhan jangka pendek.
Banyak orang terjebak dalam pikiran negatif, malah bikin aku makin yakin sama strategi diversifikasi obligasi & saham. Awal tahun ini, aku prediksi saham bisa naik 2 digit dan imbal hasil Treasury turun 1%. Sekarang, aku makin percaya prediksi ini.
Fundamental pasar sebenarnya cerah. Ada potensi tren bullish seperti era 80-an & 90-an. Kebijakan ramah bisnis seperti Ronald Reagan dan devaluasi dolar mirip Plaza Accord bikin nostalgia tahun 80-an. Revolusi AI juga mirip demam internet tahun 90-an.
Apakah 2020-an bakal jadi era keemasan gabungan 80-an & 90-an? Rasanya iya. Dengan pertumbuhan laba per saham AS 2025 diperkirakan 15%, S&P 500 bisa naik ke 7.000 dari level sekarang sekitar 6.000.
Intinya, potensi pertumbuhan kuat karena deregulasi ala 80-an & produktivitas ala 90-an belum sepenuhnya dihargai pasar. Daripada stagflasi, bisa jadi malah sebaliknya. Buat yang nolak analisisku, hati-hati jangan sampai salah lagi kayak banyak orang di April lalu.