Makanan di Sebagian Besar Resort All-Inclusive di Riviera Maya Meksiko cenderung membosankan, sampai-sampai Anda sudah lupa makanan favorit begitu check in untuk penerbangan pulang.
Tapi sudah berbulan-bulan sejak saya meninggalkan Palmaïa—The House of AïA, sebuah resort all-inclusive di Playa del Carmen, dan saya masih memikirkan wafflenya. Hijau dan biru dari spirulina dan matcha, dihiasi puree biji labu dan potongan buah asam yang halus, rasanya begitu bernutrisi sekaligus memanjakan. Saya menyantapnya di pagi terakhir saya di sana, sementara seekor iguana besar mengawasi remah-remah dan gerimis hujan menandakan waktu pantai saya telah usai. Sarapan itu momen kecil—tapi mewakili semua yang membuat resor ini berbeda.
Waffle di Palmaïa benar-benar memikat hati saya.
Palmaïa bukan resort all-inclusive biasa—dan itulah poin utamanya. Dari makanan hingga filosofinya, semuanya dirancang lebih bermakna, bernutrisi, dan terhubung dibanding resort tepi pantai lain di wilayah itu. Ini destinasi wellness yang bisa sespiritual atau semembumi sesuai keinginan Anda. Dan meski mengusung konsep alami dengan latar hutan, kemewahannya tidak dikurangi.
Ini yang membuat Palmaïa istimewa dan layak dipertimbangkan untuk liburan all-inclusive Anda berikutnya di Riviera Maya.
Makanan All-Inclusive yang Diperhatikan dengan Saksama
Palmaïa sudah masuk radar saya sejak mendengar ada resor vegan all-inclusive yang dibuka di Meksiko lima tahun lalu. Itu saja sudah istimewa di destinasi di mana saya harus terus menjelaskan pantangan makanan di kebanyakan resor (dan tetap ada kemungkinan menemukan ayam di enchilada saya). Hanya tahu bahwa saya bisa makan apapun di menu tanpa perlu berpanjang lebar cukup menjadi alasan untuk datang (meski bukan satu-satunya keunggulan Palmaïa).
Taco berbasis tumbuhan di Palmaïa sudah legendaris.
Saat saya berkunjung, Palmaïa sudah beralih dari "vegan" ke "plant-based"—pergeseran yang mencerminkan keyakinan pendiri Alex Ferri tentang kesehatan dan keseimbangan. Program kuliner resor ini mengusung pendekatan bioma bernutrisi, bebas minyak biji olahan, minim bahan olahan, dan fokus pada produk organik.
Hasilnya? Makanan yang benar-benar bernutrisi dan tak seperti di resor all-inclusive lain. Sehat tapi tak mengorbankan rasa—atau kesenangan. Bayangkan truk taco vegan permanen di pantai, restoran tepi pantai sepanjang hari, tempat makan bergaya Asia, konsep Meksiko modern, kafe dengan pastry lezat, serta layanan kamar 24 jam.
Nacho vegan dan smoothie beri di Palmaïa.
Lebih dari 250 hidangan berotasi di berbagai area, jadi tak pernah membosankan—dan tak ada salad "sedih" di mana pun. Favorit saya: pizza margherita dengan keju mete di crust sourdough, taco carne asada tanpa daging dengan salsa pedas, enchilada jamur panggang, nacho vegan, dan molletes (sandwich terbuka dengan kacang tumbuk, pico de gallo, dan keju).
Ini adalah jenis sehat yang tak terasa seperti pengorbanan. Bahkan sekarang, berbulan kemudian, saya masih rela terbang kembali hanya untuk waffle matcha itu. Itu bukti betapa berbeda ketika resort all-inclusive tak menganggap makanan sekadar pelengkap.
Desain Mewah yang Tak Mengganggu Momen
Banyak kolam renang bisa ditemui di Palmaïa.
Kebanyakan resor all-inclusive memukau Anda dengan lobi megah, lantai marmer, dan lampu kristal yang berusaha keras mengesankan tamu. Tak ada salahnya—tapi Palmaïa mengambil pendekatan unik pada desainnya. Alih-alih memamerkan kemewahan, resor ini membawa ketenangan melalui tekstur alami, garis minimalis, dan ruang yang terasa seperti tempat perlindungan.
Bukan berarti tak ada elemen mencolok. Patung-patung besar tersebar di seluruh area, termasuk jamur psikedelik di pantai dan wajah perempuan yang merepresentasikan AïA, muse spiritual resor ini—karya seniman ternama Daniel Popper.
Patung besar muse spiritual Palmaïa, karya Daniel Popper.
Lalu ada bistro cantik, Plantissa, mungkin ruang paling modern di sini. Dengan jendela tinggi, kursi hijau empuk, pintu melengkung, meja kayu berhias emas, dan wallpaper tropis, tempat ini seperti oasis untuk sarapan santai dan pastry sore.
Suasana sama terasa di suite tamu: lapang, terbuka, dan mewah secara halus. Kayu alami, pencahayaan lembut, tekstil geometris, dan nuansa hijau yang menenangkan. Bak mandi freestanding (yang terbesar yang pernah saya lihat di resor all-inclusive!) dan area duduk luas membuat kamar terasa seperti retret pribadi. Dan jika beruntung mendapatkan suite swim-out, kolam pribadi hanya beberapa langkah dari pintu kaca.
Tapi secara keseluruhan, Palmaïa membiarkan alam berbicara. Pondok jerami di pantai, altar kayu apung dengan lilin setengah meleleh, dan lampu gantung anyaman di restoran. Tempat yang membuat mudah untuk melepaskan diri—dan mungkin itulah kemewahan sejati.
Restoran Su Casa di Palmaïa
Jalani Wellness Sesuai Keinginan Anda
Di kebanyakan resort all-inclusive, "wellness" berarti kelas yoga saat fajar atau pijat dasar di spa. Palmaïa mengambil pendekatan jauh lebih luas (dan menarik).
Setiap minggu, lebih dari 54 kelas dan ritual ditawarkan oleh pemandu lokal. Hampir semuanya termasuk dalam paket all-inclusive, jadi mudah mencoba hal-hal yang biasanya ragu karena biaya tambahan.
Sound bath termasuk lebih dari 50 aktivitas wellness di Palmaïa.
Selama lima hari, saya mencoba belasan pengalaman, termasuk yoga lembut, workshop wewangian intuitif, kelas menggambar di pantai, dan sound bath yang hampir membuat saya tertidur di matras. Saya juga mencoba dua aktivitas tambahan: sesi baca jiwa privat dan perawatan spa berfokus mezcal yang unik. Meski tak termasuk dalam paket, keduanya cukup menarik untuk biaya tambahannya.
Tapi keindahan Palmaïa adalah wellness tak terbatas pada jadwal. Saya bermeditasi di rumah kaca bonsai, berendam dingin dadakan di cenote, bersepeda di jalur berkelok hutan, dan merenung di pondok jerami menghadap laut. Semuanya membantu saya menemukan ritme istirahat dan refleksi.
Berendam di salah satu cenote Palmaïa.
Bagian terbaik? Tak ada paksaan. Anda bisa mengisi itinerary atau menghabiskan hari dengan berjalan telanjang kaki, berhenti hanya saat sesuatu memanggil. Wellness sesuai istilah Anda—dan kebebasan semacam itu adalah penyembuhan tersendiri.
Palmaïa tak sekadar memenuhi standar resort all-inclusive—ia menulis ulang standar itu untuk traveler yang menginginkan lebih dari margarita tak terbatas dan lobi hotel mewah. Datang untuk waffle matcha, tinggal untuk cenote, dan pulang dengan harapan baru tentang apa yang bisa ditawarkan resort all-inclusive.