Presiden AS Kembali Desak Ketua Fed Mundur di Tengah Ketidaksepakatan Suku Bunga
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sekali lagi menyerukan agar Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengundurkan diri, menambah rentetan serangan yang memicu kekhawatiran akan independensi bank sentral AS.
Trump mendesak Powell agar "segera mengundurkan diri" pada Rabu (3/7), setelah pejabat perumahan tertinggi di pemerintahannya mendorong Kongres AS untuk menyelidiki bankir sentral tersebut.
Bill Pulte, Direktur Badan Keuangan Perumahan Federal (FHFA), dalam unggahan di X menyatakan Powell harus diselidiki atas "bias politik" dan "kesaksian menyesatkan" terkait renovasi markas Fed di Washington, DC.
Dalam tanggapan di Truth Social, Trump menulis bahwa "Too Late" — julukan ejekan untuk Powell karena dianggap lambat menurunkan suku bunga — harus mundur.
Serangan terbaru Trump ini muncul beberapa hari setelah dia mengirim surat ke Powell menuntut penurunan besar suku bunga acuan, yang kini di kisaran 4,25%-4,5%.
Trump berulang kali mengkritik Powell karena tak mendukung pemotongan suku bunga lebih cepat, menyebut kewaspadaan bankir sentral itu menghambat pertumbuhan ekonomi dan kekhawatiran inflasi berlebihan.
Dampak Tarif Trump
Suku bunga rendah mengurangi biaya pinjaman bagi bisnis dan konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, pemotongan suku bunga juga berisiko meningkatkan inflasi — yang biasanya ingin ditekan bank sentral — sementara kebijakan tarif Trump diprediksi bakal mendongkrak harga.
Selasa (2/7), Powell di forum ECB di Portugal mengaku Fed memilih "tunggu dan lihat" sebelum memotong suku bunga guna mengukur dampak tarif Trump, yang sebagian masih menunggu kepastian menjelang tenggat 9 Juli.
"Kami memutuskan jeda setelah melihat besaran tarif, dan semua proyeksi inflasi AS naik signifikan akibat tarif itu," kata Powell. "Kami tidak bereaksi berlebihan. Bahkan, kami sama sekali tidak bereaksi; hanya memberi waktu."
Sejak menjabat Januari lalu, Trump terus mendesak Powell — yang masa jabatannya baru berakhir Mei 2026 — untuk mundur atau diganti. Pekan lalu, dia menyatakan "sangat ingin" Powell mundur "jika mau".
April lalu, Trump mengatakan pemecatan Powell "tak bisa lebih cepat", sebelum mengurungkan ancamannya setelah pasar saham dan dolar AS anjlok.
Batas Kekuasaan Presiden
Menurut hukum federal AS, presiden hanya boleh memecat ketua Fed jika ada "alasan kuat", yang umumnya diartikan sebagai pelanggaran spesifik, bukan keputusan kebijakan.
Mei lalu, Mahkamah Agung AS mempertegas preseden yang membatasi kewenangan presiden untuk memecat bankir sentral, menegaskan Fed memiliki status khusus dibanding lembaga independen lain.
Selasa pagi, Trump mengaku sudah memikirkan "dua atau tiga" nama pengganti Powell, tanpa merinci siapa kandidatnya.