Serangan di Kashmir yang dikelola India, menewaskan 26 orang dan memicu kemarahan, awalnya diklaim oleh The Resistance Front.
Amerika Serikat telah menetapkan kelompok The Resistance Front (TRF) sebagai “organisasi teroris asing” setelah serangan di Kashmir yang dikuasai India yang menewaskan 26 orang pada bulan April.
Dalam pernyataan pada Kamis, Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan bahwa TRF adalah pecahan dari kelompok Lashkar-e-Taiba (LeT) dan mengaku bertanggung jawab atas serangan di kota wisata Pahalgam, serta beberapa serangan terhadap pasukan keamanan India.
Rubio juga menyebut sanksi ini sebagai bukti pendekatan tegas Presiden Donald Trump dalam kebijakan luar negeri.
“Tindakan yang diambil oleh Departemen Luar Negeri ini menunjukkan komitmen Pemerintahan Trump untuk melindungi kepentingan keamanan nasional, memerangi terorisme, dan menegakkan seruan Presiden Trump agar keadilan ditegakkan atas serangan Pahalgam,” kata Departemen Luar Negeri dalam pernyataan.
TRF awalnya mengaku bertanggung jawab atas serangan berdarah di Pahalgam tetapi membantah keterlibatannya beberapa hari kemudia.
Pemerintahan nasionalis Perdana Menteri India Narendra Modi segera menyoroti serangan ini, menyalahkan Pakistan tetangga atas pembantaian tersebut dan menuduhnya mendukung kelompok militan yang melakukan serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil India.
Beberapa anggota LeT melancarkan serangan berhari-hari di Mumbai pada 2008 yang menewaskan lebih dari 160 orang dan melukai ratusan lainnya. Dalam pernyataannya, Rubio menyebut serangan Pahalgam, di mana militan menargetkan destinasi wisata populer di Kashmir, sebagai “serangan paling mematikan terhadap warga sipil di India sejak serangan Mumbai 2008 yang dilakukan oleh LeT.”
Meskipun Pakistan diyakini luas mendukung kelompok-kelompok semacam itu untuk melemahkan India, pemerintahan militer yang keras dan catatan pelanggaran HAM India di Kashmir telah lama menjadi sumber ketidakpuasan dan terkadang perlawanan keras di wilayah tersebut.
Kaum nasionalis Hindu berupaya mendapatkan kendali lebih besar atas Kashmir, satu-satunya provinsi berpenduduk mayoritas Muslim di bawah kekuasaan India.
Setelah serangan Pahalgam pada April, India dan Pakistan saling bertukar serangan sebelum sepakat melakukan gencatan senjata yang diklaim Presiden Trump turut membantu mediasi, meski India menyangkal adanya peran AS.