"Panti Jompo Kesulitan Merekrut Staf Saat Trump Serang Sumber Pekerja Imigran" (Ditata dengan rapi untuk tampilan visual yang baik)

Panti jompo yang sudah sulit cari karyawan sekarang menghadapi masalah baru karena kebijakan Presiden Donald Trump yg membatasi imigrasi. Banyak pekerja yg status hukumnya dicabut, dan panti khawatir bakal kehilangan lebih banyak staf lagi.

"Kami merasa sangat terpukul," kata Deke Cateau, CEO A.G. Rhodes, yg mengelola tiga panti jompo di Atlanta. Sepertiga karyawannya lahir di luar negeri. "Jumlah pekerja baru semakin sedikit."

Delapan karyawan Cateau harus pergi karena TPS (Temporary Protected Status) mereka dicabut. TPS izinkan orang tinggal & kerja di AS jika negara asalnya tidak aman. Di masa pemerintahan Biden, TPS diperluas utk orang dari 12 negara, termasuk Venezuela & Haiti.

Meski jumlah kecil, Cateau bilang sulit cari pengganti. "Bisa 8 orang hari ini, tp besok? Siapa tahu."

Menurut data, hampir 1 dari 5 pekerja di AS lahir di luar negeri. Di sektor perawatan, lebih dari seperempat pekerja adalah imigran. Kebutuhan bakal tambah besar karena populasi lansia meningkat.

Tapi, kembalinya Trump ke Gedung Putih dan kebijakan imigrasinya yg ketat bikin industri ini khawatir.

"Seperti dipukul di perut," kata Katie Smith Sloan dari LeadingAge. Beberapa pekerja takut datang kerja meski statusnya legal. Ada juga yg jaga anak dirumah krn takut razia.

Rachel Blumberg, CEO panti di Florida, sudah kehilangan 10 pekerja dgn izin parole kemanusiaan. Dia akan kehilangan 30 lagi karena TPS utk orang Haiti berakhir.

"Orang Amerika tidak tertarik kerja di posisi yg kami tawarkan," katanya. Gaji rata-rata pekerja perawatan cuma $16,72 per jam.

Saat COVID, banyak pekerja keluar. Beberapa panti baru pulih, tp sekarang imigrasi diperketat.

"Sebelumnya mudah dapat perawat dari luar negeri, sekarang proses visa lama banget," kata Mark Sanchez dari panti di New York. Banyak calon pekerja malah pilih Kanada atau Jerman.

MEMBACA  Menteri Pemuda dan Olahraga Minta Klub Liga 1 Melepas Pemain untuk Timnas Indonesia Persiapan Piala Asia U-23 2024

Retensi pekerja juga sulit karena banyak yg pindah ke restoran, toko, atau pabrik. Tapi, beberapa panti sukses pekerjakan pengungsi dari Afghanistan & Ukraina, dengan tingkat retensi di atas 90%.

Sayangnya, Trump hentikan program pengungsi, jadi tak ada lagi pekerja baru.

"Pekerjaan ini sulit & gaji tidak tinggi," kata Lynne Katman dari Juniper Communities. "Tapi banyak imigran yg anggap merawat lansia sebagai profesi mulia."