Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta investigasi terhadap anomali harga beras yang ditandai oleh kenaikan harga meski pemerintah telah mengamankan cadangan lebih dari 4 juta ton—level tertinggi dalam 57 tahun.
Menurut data BPS, harga beras di tingkat grosir dan eceran naik pada Mei 2025, mencapai Rp13.735 (US$0,84) dan Rp14.748 (US$0,90) per kilogram.
"Kita perlu selidiki fenomena ini. Kenapa harga naik di tingkat eceran?" ujarnya dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta, Selasa.
Sulaiman menekankan bahwa kenaikan harga ini bertolak belakang dengan tren penurunan di penggilingan beras, yang seharusnya membuat harga lebih menguntungkan bagi grosir dan pengecer.
Selain itu, menteri menyebut data tidak biasa dari Gudang Beras Cipinang di Jakarta Timur, di mana 11.410 ton beras dikirim hanya pada 28 Mei.
"Ini berarti sekitar seribu truk mengangkut beras keluar gudang dalam sehari. Kejadian seperti ini belum pernah terjadi dalam 5 tahun terakhir," tegasnya.
Sulaiman menekankan bahwa Kementan akan bekerja sama dengan Satgas Pangan untuk menyelidiki ketidaknormalan ini, yang diduga disebabkan praktik predator oleh tengkulak dalam rantai distribusi.
Menteri menduga tengkulak sengaja memperpanjang rantai distribusi, menyebabkan harga naik.
"Ini tidak benar. Pasti ada tengkulak yang terlibat," katanya. "Mereka adalah pihak yang sering kita sebut sebagai mafia," tambahnya.
Dia menyatakan praktik ini merugikan upaya pemerintah membantu petani meningkatkan produksi.
Namun, Sulaiman yakin pemerintah masih bisa mencapai swasembada beras nasional pada tahun ketiga pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, lebih cepat dari target tahun keempat.
Berita terkait: Indonesian farmers help drive down global rice prices: minister
Berita terkait: Low-cost SPHP rice meant for regions with high prices: agency
Berita terkait: Indonesian govt raises rice, corn prices to help achieve food security
Penerjemah: Arnidhya N, Tegar Nurfitra
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025