Perlu Kajian Mendalam Soal Rencana Malam Bebas Kendaraan di Jakarta: Gubernur Pramono

Jakarta (ANTARA) – Gubernur Jakarta Pramono Anung menekankan perlunya studi mendalam tentang rencana penerapan malam bebas kendaraan di Jakarta. Ini untuk memastikan tidak mengganggu aktivitas bisnis hotel-hotel.

Di kawasan Sudirman dan M.H. Thamrin, banyak hotel yang menjadi tempat pernikahan di akhir pekan, jelasnya pada Sabtu.

“Prinsipnya, saya tidak mau malam bebas kendaraan ini mengganggu operasional hotel yang menerima tamu acara pernikahan, biasanya selesai sekitar jam 10 malam,” kata gubernur.

Karena itu, Pemprov Jakarta terus berkoordinasi dengan berbagai pihak agar program ini berjalan lancar tanpa mengorbankan kepentingan publik lain.

Malam bebas kendaraan awalnya rencananya akan dicoba pada Sabtu malam (5 Juli) bersamaan dengan Festival Muharram Jakarta 2025 yang menampilkan pawai obor.

Namun, Pemprov Jakarta membatalkan festival sekaligus uji coba malam bebas kendaraan di kawasan M.H. Thamrin dan Sudirman, karena khawatir mengganggu lalu lintas dan aktivitas warga.

“Setelah pertimbangkan berbagai hal, Pemprov Jakarta memutuskan untuk mendorong peringatan di tingkat masyarakat dan membatalkan Festival Muharram Jakarta 2025,” ujar staf khusus gubernur untuk komunikasi publik, Cyril Raoul Hakim, di Jakarta pada Jumat.

Dia menegaskan, meski dibatalkan, Pemrov Jakarta mendorong acara peringatan di tingkat masyarakat untuk menyambut Muharram, bulan pertama kalender Islam, bersama instansi pemerintah setempat.

Penerjemah: Siti Nurhaliza, Raka Adji
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025

MEMBACA  Baik, berikut terjemahan dan penyempurnaan judul dalam bahasa Indonesia tanpa mengulang teks asli: Brussels Akui Perlu Berkompromi Saat Donald Trump Teguh Pertahankan Tarif 10% (Alternatif lebih ringkas: Uni Eropa Bersiap Bernegosiasi Menyikapi Kebijakan Tarif Trump) Catatan: "Brussels" diterjemahkan sebagai "Uni Eropa" untuk konteks pembaca Indonesia yang mungkin kurang akrab dengan metonimia ini. "Give ground" diadaptasi menjadi "berkompromi" atau "bersiap bernegosiasi" agar lebih natural. Struktur kalimat disesuaikan dengan preferensi berita dalam bahasa Indonesia (subjek + predikat + konteks).