Persahabatan yang dulu membuat Elon Musk berpengaruh di Gedung Putih kini resmi berakhir dengan ledakan. Dalam unggahan panjang dan personal di Truth Social pada Minggu, Presiden Donald Trump meluapkan kekecewaannya pada mantan sekutunya, menggambarkan Musk sebagai sosok yang tidak tahu terima kasih dan bingung yang telah "benar-benar ‘kehilangan kendali’."
Pemicu kutukan publik ini adalah peluncuran "The America Party" oleh Musk, sebuah gerakan partai ketiga yang bertujuan mengganggu sistem dua partai. Bagi Trump, ini bukan kalkulasi politik, melainkan hinaan pribadi dari seseorang yang dulu ia dukung, meski sering kebingungan dengan tindakannya.
"Saya sedih melihat Elon Musk benar-benar ‘kehilangan kendali’, menjadi BENCANA total dalam lima minggu terakhir," tulis Trump, menyajikan situasi ini sebagai kejatuhan tragis alih-alih sekadar perbedaan kebijakan. Unggahannya terdengar seperti ratapan atas persahabatan yang hancur, mengisahkan hubungan yang selalu diwarnai kebingungan Trump terhadap motif Musk.
Latar belakang perpecahan politik ini adalah pengesahan "One Big Beautiful Bill", undang-undang kebijakan dalam negeri andalan Trump. Setelah Musk—yang pernah memimpin tim efisiensi pemerintah—berbalik menentang RUU tersebut, hubungan mereka memburuk dengan cepat. Namun, Trump menegaskan bahwa oposisi Musk dan pendirian partai baru ini berakar pada hal yang lebih pribadi dan finansial: penghapusan mandat kendaraan listrik (EV) dalam RUU.
"Sayangnya bagi Elon, ini menghapus Mandat EV yang konyol, yang akan memaksa semua orang membeli mobil listrik dalam waktu singkat," tulis Trump. Ia menceritakan percakapan pribadi yang menurutnya membuktikan pengkhianatan Musk, mengaku terkejut karena Musk mendukungnya meski tahu Trump menentang mandat itu.
Trump juga mengungkap kebingungannya terhadap penilaian Musk, termasuk permintaan Musk untuk menunjuk "teman dekat" sebagai pemimpin NASA. "Ternyata temannya seorang Demokrat tulen yang belum pernah mendukung Republikan," tulis Trump, menyatakan betapa tidak pantasnya hal itu mengingat bisnis antariksa Musk.
Dengan berbagi momen-momen di balik layar ini, Trump memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang konsisten, dikhianati oleh sikap Musk yang tak terduga. Pesannya jelas: aliansi ini berakhir bukan karena perbedaan politik, tapi karena Musk terbukti tidak bisa diandalkan dan tidak tahu terimakasih. "Bromance" dua tokoh paling berpengaruh di dunia ini berakhir dengan keributan publik, dan Trump dengan sedih menyaksikan kehancurannya.