Belum Banyak Perusahaan yang Sukses Raih Untung dari AI

Amerika Serikat dan sekutu globalnya telah menggelontorkan triliunan dolar ke dalam perlombaan senjata AI, dengan para pelaku utama di Lembah Silikon bersumpah bahwa teknologi ini ditakdirkan untuk mengubah dunia kita menjadi lebih baik. Namun, sebuah studi baru bergabung dengan semakin banyak suara yang mencoba menyoroti kebenaran yang tidak nyaman: sejauh ini, sebagian besar perusahaan yang mengadopsi AI sama sekali tidak mendapat keuntungan finansial darinya.

Studi baru ini berasal dari KPMG, sebuah firma akuntansi dan jasa profesional asal Britania Raya. Studi yang diterbitkan pada hari Rabu itu meneliti bisnis-bisnis di Kanada, menanyai mereka tentang bukti bahwa AI memberikan Return on Investment (ROI). Sayangnya, studi tersebut menemukan bahwa hampir tidak ada pengguna AI yang berhasil menemukan manfaat finansialnya. Faktanya, survei mengungkapkan bahwa meskipun semakin banyak bisnis yang menggunakan AI, hanya sekitar 2 persen responden yang mengklaim telah melihat “hasil dari investasi generative AI mereka.”

Survei yang melibatkan 753 pemimpin bisnis dari seluruh negeri itu menemukan bahwa segelintir kecil responden yang melaporkan hasil positif dari AI berasal dari perusahaan sangat besar dengan pendapatan tahunan minimal $1 miliar. Banyak perusahaan belum mengintegrasikan AI sepenuhnya ke dalam alur kerja mereka, dan banyak yang masih sekadar bereksperimen dengan teknologi tersebut, tambah laporan itu.

Tingkat adopsi AI tertinggi terjadi di bidang TI serta penjualan dan pemasaran, menurut studi tersebut. Area lain dengan adopsi luas meliputi penelitian dan pengembangan, keuangan dan akuntansi, serta teknik.

Managing Partner Digital dan Transformasi KPMG Kanada, Stephanie Terrill, menggambarkan pandangan umum sebagai berikut:

“Hanya sebagian kecil perusahaan Kanada yang saat ini menghasilkan pertumbuhan dari investasi AI mereka, dan itu dapat dipahami – teknologi baru membutuhkan waktu untuk diadopsi dan menunjukkan return on investment yang teridentifikasi,” ujar Terrill. “Namun, Kanada menghadapi ancaman kompetitif ekonomi dalam jangka pendek serta kesulitan dengan penurunan produktivitas dan kemakmuran, sehingga menunggu bertahun-tahun agar investasi AI menciptakan nilai tidak realistis dalam lingkungan ini – bahkan, hal itu sangat berisiko.”

MEMBACA  Sifat No. 1 yang membedakan orang yang sukses secara signifikan, kata pakar Harvard.

Meskipun pandangannya cukup negatif, kesimpulan Terrill bukanlah bahwa AI tidak berguna dan perusahaan harus meninggalkannya. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa perusahaan Kanada harus meningkatkan investasi AI mereka untuk meningkatan “daya saing” nasional dan mencapai ROI yang saat ini sulit diraih:

“Organisasi Kanada perlu mempercepat implementasi AI ke dalam operasi inti untuk mulai mencapai peningkatan produktivitas jangka pendek hingga menengah jika kita berharap menjadi lebih kompetitif secara ekonomi sebagai sebuah negara,” tambahnya.

Berapa lama perusahaan harus menunggu hingga AI mulai berfungsi sebagaimana mestinya? Banyak pemimpin bisnis memperkirakan perlu menunggu beberapa tahun sebelum AI memberikan efek yang diinginkan, lapor studi tersebut. Meskipun saat ini belum menghasilkan, sebagian perusahaan (3 dari 10) berharap dapat melihat return on investment AI dalam waktu setahun. Sebagian lebih besar (6 dari 10) menyatakan mereka berharap melihat ROI tersebut dalam satu hingga lima tahun. Tampaknya harapan memang tak pernah padam.