Ingat Apple Vision Pro? Itu adalah headset mixed reality seharga $3.499 yang diluncurkan perusahaan itu awal tahun 2024, tapi gagal menarik minat publik. Meski begitu, Apple terus mengembangkan platform ini dengan berbagai pembaruan, dan sebentar lagi akan ada versi terbaru: visionOS 26. (Apple mengumumkan di WWDC bahwa mereka mengubah cara penamaan sistem operasinya agar sesuai dengan tahun berikutnya.)
Saya sempat mencoba beberapa fitur baru, tapi dua hal ini paling mencolok. Pertama, peningkatan pada Personas—avatar spasial yang dibuat headset berdasarkan wajahmu menggunakan kamera internal (kamu harus mengarahkan headset ke wajah dan menjalani proses setup untuk membuatnya). Tahun lalu, begitu saya bergabung di Zoom memakai Vision Pro, yang pertama saya dengar adalah tawa. Persona saya kaku, rambut terlihat datar—sangat buruk.
Kini, Apple telah memperbaiki tampilan dan nuansanya, membuat representasi digital 3D ini jauh lebih natural dan realistis. Kamu bahkan bisa melihat profil samping kepala. Tekstur rambut dan warna kulit lebih baik. Saya membuat Persona tanpa kacamata, tapi bisa menambahkan kacamata virtual yang nyaris mirip dengan kacamata asli, tanpa terlihat aneh. (Saya merekam sapaan lewat aplikasi pihak ketiga—lihat di bawah.)
Jangan salah, masih ada kesan uncanny valley—ekspresi wajah dan gerakan mata masih kaku—tapi sudah jauh lebih baik dibanding versi awal tahun lalu. Persona ini bisa digunakan untuk panggilan video atau saat seseorang bergabung di ruang virtualmu.
Fitur baru lain yang menonjol adalah Widgets. Kamu bisa menaruh widget seperti Jam, Kalender, atau Musik di sekeliling rumah, dan mereka akan tetap di tempat yang sama. Apple melakukannya dengan memetakan rumahmu—data ini disimpan secara pribadi di perangkat AVP. Headset akan mengingat posisi widget meski kamu reboot dan melihat sekeliling lagi.
Saya berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain memakai Vision Pro dan melihat banyak widget tersebar di sekitar. Salah satunya adalah bingkai foto digital yang berfungsi seperti jendela di ruang virtual; fotonya terlihat lebih jelas saat kamu mendekat.
Ide ini menarik—setiap kali memakai headset, kamu bisa masuk ke ruang virtual mirip rumah atau kantor dengan aplikasi, kalender, jam, dan widget musik yang tertata rapi. Misalnya, Safari di kantor rumah dan Apple TV di kamar tidur. Ruang virtualmu bisa disetel persis seperti rumah nyata.
Yang aneh adalah betapa Apple ingin kita nyaman memakai headset dan berjalan-jalan di rumah, berinteraksi dengan widget spasial dan berbicara dengan wajah digital.
Saat Vision Pro pertama kali diluncurkan, Apple diejek karena menampilkan adegan ayah merekam video spasial sementara dua anaknya bermain di depannya. Setiap kali saya memakai headset, istri saya benci. Tapi Apple tetap pada pendiriannya—mereka ingin kita hidup di visionOS, meski hasilnya mirip Wade Watts di Ready Player One.