10 Aplikasi yang Tak Bisa Kulewati Tanpa Bekerja atau Hidup – di Windows, Mac, dan Ponsel

berkozel/Getty Images

Setiap lima tahun sekali, aku membuat daftar aplikasi yang paling sering kugunakan. Selalu menarik melihat bagaimana daftar itu berubah seiring waktu, dan biasanya hal itu mencerminkan tren komputasi saat itu. Tahun ini, saat melakukan evaluasi lagi, aku terkejut melihat betapa banyak perubahannya.

Setengah dari aplikasi yang kugunakan lima tahun lalu bahkan tidak lagi masuk daftarku di tahun 2025. Sebagian besar telah digantikan oleh aplikasi yang terintegrasi dengan layanan berbasis web dan penyimpanan cloud, serta bisa berjalan di berbagai perangkat, baik desktop, laptop, maupun ponsel.

Baca juga: Satu dekade Windows 10: Kekacauan, Cortana, dan teori konspirasi yang tak terbukti

Tujuh dari sepuluh aplikasi yang kugunakan setiap hari menawarkan versi gratis yang lengkap, dengan opsi berbayar untuk fitur tambahan atau menghilangkan batasan penggunaan. Dari delapan aplikasi berbayar yang kugunakan, tak satu pun yang masih menawarkan lisensi perpetual—semuanya beralih ke model berlangganan. Aku tahu ini isu sensitif bagi sebagian pembaca yang enggan membayar biaya bulanan/tahunan. Tapi aku lebih suka kenyamanan model ini ketimbang harus mengeluarkan biaya besar untuk upgrade besar. Selain itu, aku juga senang mendukung pengembang independen.

Yang paling mengejutkan adalah betapa jarangnya aku menggunakan aplikasi desktop Microsoft 365 (dulu Microsoft Office). Jika bukan karena Excel, mungkin aku sudah berhenti berlangganan. OneNote sama sekali tidak kugunakan lagi, dan Word jauh lebih jarang dipakai. Aku juga akhirnya beralih dari Quicken, Spotify, dan Adobe Acrobat—semuanya memiliki alternatif yang lebih baik.

Tentu, pemilihan ini berdasarkan kebiasaan kerja dan preferensiku. Kebutuhanmu pasti berbeda, jadi daftarmu tak akan sama dengan milikku. Bagikan favoritmu di kolom komentar!

MEMBACA  Petunjuk dan jawaban Koneksi NYT untuk 6 Mei: Tips untuk memecahkan 'Koneksi' #695.

1. Microsoft Edge

Browser modern punya satu tugas utama: menampilkan laman web sesuai desain aslinya. Dengan kondisi web saat ini, itu berarti menggunakan browser berbasis kode proyek Chromium sumber terbuka. Kebanyakan orang memilih Chrome, tapi ada pilihan lain: Edge, Brave, Vivaldi, atau browser berbasis Chromium lainnya. Aku sudah pakai Edge selama lima tahun dan tak ada alasan untuk beralih.

Baca juga: Tiga fitur yang membuatku menjadikan Edge sebagai browser default

Edge saat ini hampir identik dengan Chrome, termasuk dukungan ekstensinya. Tapi tiga fitur ini membuatnya istimewa: Tracking Prevention (memblokir pelacakan online dan berfungsi sebagai pemblokir iklan), tab vertikal (memudahkan navigasi meski dengan puluhan tab terbuka), dan Immersive Reader (membersihkan kekacauan di laman web agar fokus pada konten). Aku jarang perlu beralih ke Chrome.

2. 1Password

Password manager ini jadi aplikasi pertama yang kuperbarui di setiap perangkat baru. Punya semua fitur esensial: generator password acak, autentikasi dua faktor, dan sinkronisasi passkeys. Paket keluarga ($5/bulan) memudahkan aku dan istri mengelola kredensial bersama.

1Password menggunakan arsitektur zero-knowledge—perusahaan tak bisa mengakses data pengguna. Tersedia untuk iOS, Android, macOS, dan Windows.

3. Workona

Aku sering membuka terlalu banyak tab, tapi Workona membantuku mengaturnya. Layanan ini mengelompokkan tab, bookmark, dan catatan dalam spaces yang bisa disinkronkan dan dibagikan. Versi gratis cukup untuk kebutuhan sederhana, tapi aku memilih Pro ($7/bulan) untuk fitur tambahan seperti integrasi Google Drive.

4. Obsidian

Dulu aku bergantung pada Microsoft Word, tapi sekarang hampir semua tulisanku dipublikasikan online. Obsidian, dengan format Markdown-nya, lebih ringan dan fleksibel. Aku menggunakannya untuk menulis, mencatat wawancara, dan menyimpan riset. Ada ribuan plugin untuk menyesuaikan kebutuhan.

MEMBACA  Penyebrangan di Lembah Silicon yang Diretas untuk Berbicara seperti Musk dan Zuckerberg

5. deck.blue

Setelah Twitter berubah jadi X, aku beralih ke Bluesky. deck.blue membantu mengatur feed dengan kolom-kolom terpisah, mirip TweetDeck dulu. Versi gratis sudah bagus, tapi aku berlangganan ($2/bulan) untuk dukungan multi-akun.

6. NewsBlur

RSS mungkin dianggap kuno, tapi tetap berguna. NewsBlur membantuku mengikuti update dari berbagai sumber tanpa membanjiri inbox. The New York Times, Washington Post, dan banyak situs lain masih menyediakan feed RSS.

7. Microsoft Excel

Dari seluruh aplikasi Microsoft 365, hanya Excel yang masih rutin kugunakan—untuk analisis data, pembuatan grafik, dan mengelola keuangan. Versi online gratis, tapi aku berlangganan Microsoft 365 Business ($12.50/bulan) untuk fitur lengkap dan penyimpanan OneDrive.

8. VLC Media Player

Pemutar video/audio open source ini mendukung hampir semua format. Tak perlu instal codec tambahan, dan tersedia di berbagai platform.

9. MediaMonkey 2024

Untuk mengelola koleksi musik lokal (termasuk rekaman live yang tak tersedia di layanan streaming), aplikasi ini sangat membantu. Versi gratis sudah cukup, tapi aku upgrade ke Gold ($40) untuk fitur lanjutan.

10. Snagit 2024

Aku mengandalkan Snagit untuk mengambil dan mengedit tangkapan layar sejak dulu. Dengan fitur rekaman layar dan penyimpanan cloud, tetap relevan meski sudah bertahun-tahun. Berlangganan tahunan ($39) cukup masuk akal.

Itulah daftar aplikasi andalanku. Bagaimana denganmu?