Bernd Debusmann Jr, di Gedung Putih, dan Mike Wendling
BBC News
James Waterhouse
Melaporkan dari Kyiv
EPA
Presiden AS Donald Trump mengatakan dia telah melakukan panggilan telepon \”panjang dan sangat produktif\” dengan Vladimir Putin pada hari Rabu di mana para pemimpin setuju untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Dalam unggahan di platform Truth Social-nya, Trump mengatakan dia dan presiden Rusia itu \”setuju untuk memulai negosiasi segera\” dan saling mengundang untuk mengunjungi ibu kota masing-masing.
Kemudian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia juga telah berbicara dengan Trump tentang \”perdamaian yang tahan lama dan dapat diandalkan\”.
Panggilan dengan kedua pihak yang berperang datang ketika baik Trump maupun menteri pertahanannya mengatakan bahwa kemungkinan Ukraina bergabung dengan Nato tidak mungkin terjadi, yang akan menjadi kekecewaan besar bagi Kyiv.
Zelensky mengatakan dia akan bertemu dengan Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio selama pertemuan pertahanan tentang Ukraina yang berlangsung di Munich pada hari Jumat.
Trump menulis di media sosial: \”Sudah waktunya untuk menghentikan Perang yang konyol ini, di mana telah terjadi kematian dan kehancuran yang besar, dan sama sekali tidak perlu. Tuhan memberkati rakyat Rusia dan Ukraina!\”
Dia tidak menetapkan tanggal untuk pertemuan tatap muka dengan Putin, tetapi kemudian memberi tahu wartawan di Gedung Putih: \”Kita akan bertemu di Arab Saudi.\”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Putin mendukung gagasan Trump bahwa saatnya untuk bekerja sama.
Panggilan telepon antara Putin dan Trump berlangsung hampir satu setengah jam, selama itu presiden Rusia memberikan undangan untuk mengunjungi Moskow, kata Peskov.
Trump juga mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa kemungkinan Ukraina tidak akan kembali ke batas-batasnya sebelum 2014, tetapi sebagai respons terhadap pertanyaan dari BBC mengatakan \”beberapa dari tanah itu akan kembali\”.
Presiden mengatakan dia setuju dengan menteri pertahanannya, Pete Hegseth, yang mengatakan dalam pertemuan Nato sehari sebelumnya bahwa tidak ada kemungkinan Ukraina bergabung dengan aliansi militer tersebut.
\”Saya pikir itu mungkin benar,\” kata Trump.
Tonton: Reporter BBC bertanya kepada Trump tentang kembalinya Ukraina ke batas-batas sebelum 2014
Pidato Hegseth pasti menjadi pukulan telak bagi Kyiv.
Meskipun sudah lama diketahui bahwa pemerintahan AS yang baru kurang simpatik daripada pendahulunya terhadap Ukraina, setiap perkataan Hegseth kemungkinan hanya akan menyenangkan Moskow.
Ada penolakan keanggotaan Nato, pandangan bahwa Ukraina tidak bisa menang, dan ambiguitas tentang bagaimana garis depan yang beku akan diawasi di masa depan – semua itu menambahkan hasil nyata dari 11 tahun agresi Rusia terhadap Ukraina.
Zelensky telah berkali-kali berpendapat bahwa \”tidak ada pembicaraan tentang Ukraina tanpa Ukraina\” – tetapi panggilan telepon Trump-Putin terjadi tanpa kehadirannya.
Zelensky mengatakan panggilannya dengan Trump telah menjadi \”percakapan bermakna\” tentang berbagai isu, dan bahwa dia juga telah bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang sedang mengunjungi Kyiv.
\”Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian selain Ukraina. Bersama dengan AS, kami sedang merencanakan langkah-langkah berikutnya untuk menghentikan agresi Rusia dan memastikan perdamaian yang tahan lama dan dapat diandalkan,\” tulis Zelensky.
Pemimpin Ukraina menambahkan: \”Kami setuju untuk tetap menjaga kontak lebih lanjut dan merencanakan pertemuan mendatang.\”
Panggilan antara pemimpin AS dan Ukraina berlangsung selama satu jam, menurut kantor berita AFP.
Dalam wawancara dengan The Guardian yang diterbitkan pada hari Selasa, Zelensky menyarankan bahwa wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina dapat ditukar dengan wilayah Ukraina di wilayah Kursk Rusia sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian.
Dia juga menegaskan bahwa AS, dan bukan hanya negara-negara Eropa, perlu menjadi bagian dari paket keamanan untuk negaranya.
\”Jaminan keamanan tanpa Amerika bukanlah jaminan keamanan yang nyata,\” katanya.
Rusia menduduki semenanjung Crimea di Laut Hitam dari Ukraina pada bulan Maret 2014 dan kemudian mendukung pemberontak pro-Rusia dalam pemberontakan bersenjata terhadap pasukan Kyiv di Ukraina timur.
Setelah bertahun-tahun bentrokan dan ketegangan antara kedua negara, konflik meletus menjadi perang total ketika Rusia menyerbu Ukraina pada Februari 2022.
Upaya Moskow untuk mengendalikan ibu kota berhasil digagalkan, tetapi pasukan Rusia telah menguasai sekitar satu perlima dari wilayah Ukraina di timur dan selatan, dan telah melakukan serangan udara di seluruh negara.
Ukraina membalas dengan serangan drone dan serangan ke wilayah Kursk Rusia.
Perkiraan jumlah korban jiwa yang akurat sulit didapatkan karena kerahasiaan oleh pemerintah Rusia dan Ukraina, tetapi diperkirakan ratusan ribu tentara dan warga sipil telah tewas atau terluka.
\”