Serangan Israel di Gaza Tewaskan Puluhan Warga Palestina, Termasuk Pencari Makanan
Serangan Israel di seluruh Jalur Gaza telah menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk mereka yang mencari makanan di pusat distribusi bantuan, sementara situasi kemanusiaan di wilayah terkepung itu semakin memburuk setiap hari.
Sumber medis melaporkan kepada Al Jazeera pada Minggu bahwa setidaknya 45 orang tewas dalam serangan Israel di berbagai lokasi di Gaza, termasuk 29 korban di Kota Gaza dan wilayah utara. Di antara mereka, setidaknya lima pencari bantuan tewas dekat pusat distribusi makanan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi kontroversial yang berbasis di utara Rafah.
Sejak GHF yang didukung AS dan Israel mengambil alih distribusi bantuan terbatas di Gaza akhir Mei lalu, tentara Israel kerap menembaki warga Palestina di dekat pusat bantuan, menewaskan lebih dari 580 orang dan melukai 4.000 lainnya, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
Laporan terbaru harian Haaretz mengutip serdadu Israel tanpa nama yang mengaku mendapat perintah untuk menembaki kerumunan pencari bantuan tak bersenjata demi membubarkan mereka.
“Pemboman berat terus berlanjut di Gaza, sementara kami masih menerima laporan serangkaian insiden mematikan sejak subuh tadi,” kata Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah.
Azzoum menyebutkan korban termasuk dua anak yang tewas dalam serangan Israel di sebuah rumah di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza. Serangan roket juga menghantam Khan Younis selatan, menewaskan lima orang di tenda darurat dekat pesisir al-Mawasi.
“Saksi melaporkan penggunaan bahan peledak untuk menghancurkan permukiman warga, sementara militer Israel mengklaim sedang fokus di Khan Younis untuk menghancurkan batalion Hamas,” tambahnya.
Krisis Kemanusiaan: Yang Paling Rentan Mati
Sementara itu, krisis kemanusiaan semakin parah, dengan bayi dan balita meninggal akibat kekurangan nutrisi.
Christy Black, perawat Australia yang menjadi relawan di Gaza selama empat pekan, mengungkapkan rumah sakit tempatnya bekerja kekurangan pasokan, termasuk susu formula untuk ibu hamil yang membutuhkan makanan lewat selang.
“Yang paling rentan sedang sekarat,” katanya. “Beberapa bayi telah meninggal dalam beberapa hari terakhir. Situasi di sini sangat memilukan.”
Kurang gizi juga memperlambat penyembuhan luka, sementara penyakit pernapasan meningkat akibat banyaknya bom yang dijatuhkan.
“Kami melihat anak-anak mengais sampah untuk mencari makanan… Anak usia 9-10 tahun yang terlihat seperti balita dua tahun,” ujarnya.
Pembicaraan Gencatan Senjata
Di tengah gempuran Israel yang tak henti, ada tanda-tanda upaya baru mengakhiri perang setelah serangan AS dan Israel ke fasilitas nuklir Iran serta gencatan senjata antara kedua negara.
Presiden AS Donald Trump tampak bersemangat mencapainya. “BUAT KESEPAKATAN DI GAZA. BAWA PULANG PARA SANDERA!!” tulisnya di media sosial. Sebelumnya, ia menyatakan yakin gencatan senjata bisa tercapai dalam seminggu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum berkomentar, tapi pekan lalu ia mengakui adanya pembicaraan rahasia untuk mengamankan jeda 60 hari.
Negosiasi merujuk pada proposal AS Maret lalu yang dilanggar Israel dengan melanjutkan pemboman. Netanyahu akan bertemu petinggi keamanan untuk merencanakan langkah selanjutnya.
“Netanyahu berada di bawah tekanan besar karena Trump vokal mendorong gencatan,” kata Hamdah Salhut dari Al Jazeera di Amman.
Sementara itu, Pengadilan Yerusalem membatalkan sidang kasus korupsi Netanyahu atas alasan keamanan. Tidak jelas apakah postingan Trump—yang menyebut persidangan mengganggu upaya perdamaian—mempengaruhi keputusan ini.
Netanyahu, yang menolak tuduhan korupsi, menyebut persidangan sebagai konspirasi sayap kiri. Pengadilan sebelumnya menolak permintaannya menunda sidang terkait konflik dengan Iran.
“SANGAT GILA apa yang dilakukan jaksa terhadap Netanyahu,” tulis Trump, seraya menyebut AS tidak akan diam saja. Netanyahu membalas dengan ucapan terima kasih dan janji membuat Timur Tengah “Hebat Lagi”.
Trump klaim Netanyahu sedang bernegosiasi dengan Hamas, meski kedua pihak meragukan gencatan akan segera tercapai.