Iris Haim Ungkap Pendapatnya Soal Penyerahan ke Hamas demi Sandera
Haim menulis bahwa Israel pada dasarnya sudah menyerah pada Hamas selama bertahun-tahun sebelum pembantaian 7 Oktober, sehingga kini pun benar untuk menyerah demi keselamatan para sandera.
Iris Haim, ibu dari Yotam Haim—salah seorang sandera yang tewas secara tidak sengaja oleh IDF di Gaza—menulis di Instagram-nya pada Sabtu malam bahwa menurutnya, Israel harus meyerah pada Hamas agar sanderanya yang tersisa bisa dibebaskan.
"Kami menyerah pada Hamas selama 20 tahun—kami memberi, memberi, dan terus memberi. Sekarang, kita harus menyelamatkan yang masih bisa diselamatkan," tulisnya.
"Bagi saya dan keluarga, sudah terlambat—Yotam tak akan kembali."
"Menyerah? Saya bersedia menyerah—demi sandera. Demi sisa martabat terakhir bagi keluarga seperti kami, yang masih punya harapan."
(Iris Haim menghadiri upacara penghormatan untuk putranya, Yotam Haim, Samer Talalka, dan Alon Shamriz—tiga sandera yang tewas secara tidak sengaja oleh tentara Israel di Gaza—di Kediaman Presiden di Yerusalem, 15 April 2024.)
Haim juga berbicara tentang harapannya agar para sandera bisa pulang. "Selama 70 hari, saya percaya negara bertindak bijak untuk membawa mereka pulang. Saya berharap, menganggap bahwa saya tidak melihat gambaran lengkap dan para pengambil keputusan bertindak benar."
"Namun, putra saya justru jadi korban karena asumsi keliru bahwa tidak ada sandera di area tersebut. Tapi saya tetap mendukung dan menguatkan, agar tentara kami tak terluka."
Soal negosiasi sandera yang mandek dan kondisi mereka kini, Haim menulis, "Negosiasi macam apa ini untuk membebaskan sandera yang sudah terlihat seperti kerangka berjalan?"
Ambil Keputusan Sebelum Terlambat
"Kita harus putuskan hari ini, sebelum terlambat. Saya tidak tahan membayangkan anak-anak ini kelaparan. Sungguh tidak. Mereka tidak boleh dibiarkan di sini. Ini harus terjadi—meski ada konsekuensinya nanti. Kita sudah bayar harga terberat."
"Rom, Nimrod, Evyatar, Alon, dan sandera lain—segera mereka tak punya kesempatan lagi. Saya tak mau mereka mati dalam tawanan seperti putra saya."