Meskipun ada ancaman, beberapa maskapai terus menjadwalkan penerbangan melintasi wilayah udara Iran, Irak, dan Yaman—daerah dengan risiko tinggi serangan rudal dan teror.
Sebanyak jumlah maskapai masih beroperasi di atas Iran, Irak, dan Yaman, menurut investigasi Maariv, sementara sebagian besar maskapai Barat dan Amerika Utara konsisten menghindari wilayah ini karena kekhawatiran pesawat mereka menjadi target.
Maskapai dari Timur Tengah, Rusia, bahkan sebagian Asia dan Eropa masih menggunakan rute reguler di sana. Beberapa melakukannya dengan penerbangan "ketinggian tinggi", yakni di atas 32.000 kaki, berharap ini mengurangi risiko terkena rudal.
Salah satu alasan utama negara seperti Israel, AS, Jerman, dan Inggris melarang penerbangan di atas Iran bukan hanya ancaman langsung serangan rudal, tapi juga risiko strategis eskalasi keamanan di kawasan. Program nuklir Iran dan potensi peningkatan ketegangan yang memicu aksi militer atau balasan Iran membuat ruang udaranya sangat berbahaya.
Dalam skenario seperti ini, pesawat sipil yang melintasi Iran bisa terjebak di zona konflik aktif atau salah ditarget sistem rudal. Selain itu, pendaratan darurat di Iran—baik karena masalah medis atau teknis—bisa membahayakan penumpang Israel, AS, atau Eropa, seperti penahanan, interogasi, hingga pemerasan politik.
Beberapa insiden tahun-tahun belakangan menunjukkan betapa pendaratan darurat di negara bermusuhan bisa memicu krisis. Contoh mencolok adalah pesawat Ryanair yang dipaksa mendarat di Belarus, yang kemudian dimanfaatkan rezim setempat. Di Iran sendiri, warga asing pernah ditahan sebagai alat tawar. Ancaman dalam kasus seperti ini tak hanya operasional, tapi juga politis. Salah satu contoh mengerikan bagi orang Israel adalah episode pembuka serial Tehran, di mana dua orang Israel dipaksa mendarat darurat di Tehran lalu diinterogasi dengan ancaman dan siksaan.
(Pembukaan serial Tehran. Kredit: KAN 11)
Siapa yang terbang di atas Iran?
Ruang udara Iran, dikenal sebagai FIR Tehran, dianggap sangat berbahaya sejak insiden rudal Iran menembak jatuh pesawat Ukraina pada Januari 2020.
Meski begitu, beberapa maskapai dari Timur Tengah, Asia, bahkan Eropa Timur masih terbang melintasi Iran setiap hari. Emirates dan flydubai mengoperasikan penerbangan langsung ke Tehran dari selatan. Qatar Airways kembali menggunakan rute melintasi Irak dan Iran, termasuk penerbangan ke Kathmandu, Delhi, dan Kuala Lumpur.
Penerbangan yang melintasi Iran umumnya adalah rute antara Eropa Barat dengan Asia Selatan atau Timur Jauh. Beberapa rute utama meliputi:
- Rute B411 – Melintasi Iran dari barat laut (perbatasan Turki) ke tenggara, melalui Tehran, Yazd, dan Kerman.
- Rute L124 – Melintasi Iran tengah di area Zahedan, menuju Pakistan, Oman, atau India.
Rute ini jauh lebih pendek dibandingkan memutar via Teluk Persia, Kaukasus, atau Arab Saudi.
Maskapai apa yang menggunakan ruang udara Iran?
- Emirates
- flydubai
- Qatar Airways
- Turkish Airlines
- Pegasus Airlines
- Aeroflot
- Uzbekistan Airways
- Air Serbia
- Jazeera Airways
- Air Arabia
- Kam Air (Afghanistan)
- Mahan Air (Iran)
- Syrian Air
Maskapai yang sepenuhnya menghindari Iran?
- Lufthansa, SWISS, Austrian Airlines
- British Airways
- KLM
- Air France
- Iberia
- Finnair
- Scandinavian Airlines (SAS)
- Virgin Atlantic
- American Airlines
- United Airlines
- Delta Air Lines
- Maskapai Israel (El Al, Israir, Arkia, Haifa Air) – juga tidak terbang di atas Iran, Irak, atau Yaman
Yaman: Garis Merah Jelas
Sebagian besar otoritas penerbangan internasional menyatakan ruang udara Yaman sepenuhnya terlarang. FAA AS melarang total penerbangan di atas Yaman di bawah regulasi SFAR 115. Negara-negara Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis juga menganjurkan penghindaran total.
Yaman tengah dalam konflik militer, dan organisasi teroris Houthi terus meluncurkan rudal canggih, termasuk ke arah Israel. Hampir tidak ada maskapai komersial yang terbang di atas Yaman, kecuali rute langka jauh di lepas pantai Laut Merah.
Dalam beberapa kasus, regulator mengizinkan penerbangan di atas Irak atau bahkan Iran—tapi hanya di ketinggian sangat tinggi (biasanya di atas FL320/32.000 kaki). Ini dianggap di luar jangkauan rudal shoulder-fired dan sistem pertahanan udara dasar. Tapi, ini tidak melindungi dari rudal balistik atau sistem pertahanan udara canggih, seperti yang terbukti dalam insiden sebelumnya.
Seperti yang diduga, maskapai Israel—El Al, Israir, Arkia, dan Haifa Air—tidak terbang di atas negara bermusuhan. Bahkan dalam penerbangan ke Timur Jauh, mereka memutar via Siprus, Turki, Georgia, atau Azerbaijan, sepenuhnya menghindari Iran dan Irak. Karena dilarang mendarat di negara musuh, risiko kegagalan teknis mengharuskan mereka menghindari area tersebut sepenuhnya.
Kesimpulan: Sebagian besar maskapai global utama, seperti disebutkan, menghindari terbang di atas Iran, Yaman, dan Irak. Jika khawatir, disarankan memeriksa rute penerbangan di situs maskapai sebelum memesan tiket.