Ribuan selebaran disebarkan di Deir el-Balah, memerintahkan warga Palestina untuk pindah ke ‘zona aman’ yang berulang kali dibom Israel.
Militer Israel mengeluarkan peringatan evakuasi paksa baru bagi warga Palestina di Gaza tengah, memerintahkan mereka untuk pindah ke selatan yakni al-Mawasi, wilayah yang kerap diserang Israel meski dinyatakan sebagai “zona aman”.
Pada Minggu, ribuan selebaran dijatuhkan di Deir el-Balah, memerintahkan keluarga pengungsi yang tinggal di tenda di beberapa bagian padat penduduk kota itu untuk segera pergi.
Militer Israel memperingatkan aksi segera terhadap pejuang Hamas di wilayah itu sembari melanjutkan serangan mematikan terhadap warga sipil tak bersenjata dan kelaparan yang putus asa mencari makanan, menewaskan puluhan warga Palestina pada Minggu, setidaknya 73 di antaranya pencari bantuan di Gaza utara.
Dalam postingan di X, juru bicara berbahasa Arab militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan warga dan pengungsi Palestina yang berlindung di wilayah Deir el-Balah harus segera pergi.
Israel “memperluas kegiatannya” di sekitar Deir el-Balah, termasuk “di area yang belum pernah dioperasikan sebelumnya”, kata Adraee, sambil menyuruh warga Palestina “bergerak ke selatan menuju wilayah al-Mawasi” di pesisir Mediterania “untuk keselamatan kalian”.
Video yang diverifikasi Al Jazeera memperlihatkan tentara Israel menjatuhkan ribuan selebaran di area permukiman Deir el-Balah, memberitahukan perintah tersebut kepada warga Palestina.
‘Tidak ada tempat lain’
Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah, mengatakan area yang ditarget Israel sangat padat penduduk dan “mustahil” bagi warga yang terdampak untuk pergi dalam waktu singkat.
“Warga Palestina di sini menolak pergi dan memilih tetap di rumah karena bahkan zona yang dinyatakan aman oleh militer Israel telah dibombardir,” katanya.
“Mereka bilang tidak punya pilihan lain, tidak ada ruang karena area barat maupun al-Mawasi sudah penuh dengan orang dan tenda tanpa ruang tambahan. Mereka benar-benar terjepit.”
Seorang anak Palestina yang terluka menangis di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, sambil duduk di tanah bersama pria yang cedera saat mengantri bantuan makanan [AFP]
Peringatan ini dikeluarkan ketika Israel dan Hamas menggelar pembicaraan gencatan senjata tidak langsung di Qatar, tapi mediator internasional menyatakan belum ada kemajuan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menegaskan bahwa ekspansi operasi militer di Gaza akan memaksa Hamas bernegosiasi, tapi perundingan terhenti selama berbulan-bulan.
Bulan ini, militer Israel mengklaim menguasai lebih dari 65% Jalur Gaza.
Mayoritas populasi Gaza yang lebih dari dua juta jiwa telah mengungsi setidaknya sekali selama perang yang kini memasuki bulan ke-22. Israel berulang kali memerintahkan warga Palestina pergi atau menghadapi serangan di sebagian besar wilayah pesisir itu.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Januari menyatakan lebih dari 80% Jalur Gaza berada di bawah ancaman evakuasi Israel yang belum dicabut, dan banyak warganya hidup dalam kelaparan.
Bayi berusia 35 hari di Kota Gaza dan anak empat bulan di Deir el-Balah meninggal karena malnutrisi di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa akhir pekan kemarin.
Pada Sabtu, setidaknya 116 warga Palestina tewas, banyak di antaranya pencari bantuan yang berusaha mendapatkan makanan dari pusat distribusi yang dijalankan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung Israel dan AS.
Setidaknya 900 warga Palestina yang putus asa mencari makanan tewas di lokasi tersebut sejak GHF mulai beroperasi akhir Mei, ketika blokade Israel mencegah makanan dan kebutuhan lain dari PBB dan kelompok bantuan masuk ke Gaza.
Genosida ini mendorong Paus Leo XIV mengutuk “kebiadaban” perang seraya mendesak penghentian “penggunaan kekuatan secara membabi buta”.
“Saya sekali lagi meminta penghentian segera kebiadaban perang dan penyelesaian damai konflik,” kata Leo dalam pertemuan doa dekat Roma pada Minggu.
(Al Jazeera)