São Paulo, Brasil – Dewan perwakilan rakyat Brasil telah menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang berpotensi meringankan hukuman penjara 27 tahun bagi mantan Presiden Jair Bolsonaro, terkait upaya kudeta.
Pemungutan suara yang kontroversial ini berlangsung dini hari Rabu, setelah protes dari seorang anggota kongres sayap kiri memicu keributan yang melibatkan para legislator, polisi, dan jurnalis.
Rekomendasi Cerita
list of 3 items
end of list
RUU yang kini harus disetujui Senat ini, bertujuan untuk mengurangi hukuman bagi lebih dari 1.000 orang yang terlibat dalam serangan pada 8 Januari 2023, di mana pendukung Bolsonaro menyerbu markas pemerintah di Brasília.
Penerima manfaatnya akan mencakup Bolsonaro sendiri beserta sejumlah menteri dan perwira militer yang dihukum bersama mantan presiden itu karena merencanakan upaya mempertahankan kekuasaan usai kalah dalam pemilu 2022.
RUU ini diajukan untuk voting pada larut malam Selasa, memicu kemarahan dari para penentangnya. Suasana di dalam Ruang Sidang Dewan Perwakilan Rakyat dengan cepat berubah menjadi kacau, disertai dorong-dorongan antar anggota dewan.
Glauber Braga, anggota kongres sayap kiri yang menolak RUU, berusaha menghalangi voting dengan duduk di kursi pimpinan sidang, sebelum akhirnya diangkut paksa oleh polisi.
Anggota kongres di Dewan Perwakilan Rakyat Brasil mempertimbangkan RUU untuk mengubah pedoman hukuman bagi kejahatan tertentu, termasuk yang terkait kudeta, pada 9 Desember [Eraldo Peres/AP Photo]
Tulio Amancio, reporter Brasil dari jaringan TV Band, menyaksikan keributan tersebut. Ia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa para jurnalis diusir paksa dari ruang sidang, dan siaran televisi langsung diputus.
Saat Braga diambil, Amancio mengatakan para jurnalis berkerumun mendekati anggota kongres tersebut untuk merekam kejadian. Polisi mulai berteriak — “Buka jalan! Buka jalan!” — sambil menerobos kerumunan reporter.
Amancio menambahkan bahwa “beberapa rekan mengalami penganiayaan” oleh polisi dalam keributan itu.
“Dorong-dorongan memang kerap terjadi. Selalu ada kericuhan tertentu. Itu adalah bagian dari peliputan politik yang melibatkan pihak berwenang, tetapi agresi fisik seperti yang terjadi Selasa ini, sayangnya, akan dikenang sebagai babak kelam dalam kisah di Kongress ini,” kata Amancio.
Maria do Rosario, anggota kongres dari Partai Buruh sayap kiri, menolak RUU tersebut. Ia mengkritik ketua sidang, Hugo Motta, atas penanganannya terhadap protes, termasuk keputusannya memanggil polisi kongres untuk mengeluarkan Braga.
“Dia diperlakukan dengan kekerasan yang sangat kasar,” katanya kepada Al Jazeera. “Dia diseret keluar, dan di saat yang sama, agenda yang diajukan Presiden Hugo Motta ini adalah sebuah aib yang merusak demokrasi.”
Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di media sosial, Motta berargumen bahwa tindakan Braga tidak menghormati lembaga legislatif.
Ia juga tampak kritis terhadap reaksi polisi, dengan mengatakan telah memerintahkan “penyeldikan atas kemungkinan ekses terkait peliputan pers”.
“Kita harus melindungi demokrasi dari teriakan, dari sikap otoriter, dari intimidasi yang disamarkan sebagai aksi politik,” tulis Motta.
Bolsonaro, yang menjabat presiden dari 2019 hingga 2023, dinyatakan bersalah pada September atas lima tuduhan, termasuk satu dakwaan upaya penghapusan secara kekerasan terhadap negara hukum yang demokratis.
Ia dan para pendukungnya terus menolak mengakui kekalahannya dalam pemilu presiden 2022, yang dimenangkan oleh presiden kini, Luiz Inácio Lula da Silva.
Sejak November, mantan presiden sayap kanan jauh yang populer itu ditahan di markas kepolisian federal di Brasília.
Senator Flávio Bolsonaro, putra tertua mantan presiden yang dipenjara, mengumumkan pada 5 Desember bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2026.
Beberapa hari kemudian, ia menyatakan akan mengundurkan diri dari pencalonannya jika ayahnya dibebaskan dari penjara dan mendesak Motta untuk menggelar voting atas RUU pengurangan hukuman yang diputuskan Rabu itu. Sang senator kemudian mencabut ucapannya untuk mundur dari kontestasi.
“Harganya adalah kebebasan ayahnya,” kata Rosario, menggema spekulasi luas mengenai komentar Flávio Bolsonaro.
Senat Brasil diperkirakan akan melakukan voting atas RUU tersebut minggu depan.