Kasus Ekonomi untuk Memulihkan Bentang Alam yang Terdegradasi

Kasus Ekonomi untuk Memulihkan Bentang Alam yang Terdegradasi

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pengakuan akan pentingnya memulihkan lanskap yang terdegradasi sebagai cara untuk mengatasi tantangan lingkungan yang mendesak. Namun, selain manfaat ekologis, terdapat alasan ekonomi yang kuat untuk berinvestasi dalam restorasi lanskap.

Bentang alam yang terdegradasi, ditandai dengan penggundulan hutan, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati, mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Bank Dunia memperkirakan bahwa degradasi sumber daya alam merugikan perekonomian global sebesar $6,3 triliun setiap tahunnya. Hal ini mencakup hilangnya produktivitas pertanian, penurunan kualitas air, dan peningkatan kerentanan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan memulihkan bentang alam yang terdegradasi ini, kita dapat memperoleh manfaat ekonomi yang besar.

Salah satu keuntungan ekonomi utama dari restorasi bentang alam terletak pada potensinya untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Tanah yang terdegradasi sering kali mengalami kekurangan unsur hara dan berkurangnya kapasitas menahan air, sehingga menurunkan hasil panen. Dengan merehabilitasi tanah melalui teknik seperti wanatani dan pertanian konservasi, petani dapat meningkatkan produktivitas mereka dan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability menemukan bahwa memulihkan 12% lahan pertanian terdegradasi di seluruh dunia dapat membantu memberi makan 200 juta orang tambahan.

Selain itu, restorasi bentang alam juga dapat menciptakan lapangan kerja, khususnya di daerah pedesaan dimana tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Organisasi Buruh Internasional memperkirakan bahwa memulihkan lanskap yang terdegradasi berpotensi menciptakan hingga 60 juta lapangan kerja secara global. Pekerjaan ini dapat berkisar dari penanaman pohon dan rehabilitasi lahan hingga ekowisata dan praktik pertanian berkelanjutan. Dengan berinvestasi pada restorasi bentang alam, pemerintah dapat mendorong pembangunan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan stabilitas sosial.

MEMBACA  RUU Daerah Khusus Jakarta: Wakil Presiden diusulkan untuk memimpin dewan aglomerasi

Memulihkan bentang alam yang terdegradasi juga memberikan manfaat ekonomi melalui perbaikan pengelolaan air. Bentang alam yang sehat berperan sebagai penyaring air alami, mencegah erosi tanah dan mengurangi limpasan sedimen ke badan air. Hal ini mengarah pada peningkatan kualitas air, sehingga mengurangi kebutuhan infrastruktur pengolahan air yang mahal. Selain itu, restorasi lanskap dapat membantu mengisi kembali cadangan air tanah, yang penting bagi pertanian dan pasokan air tawar. Sebuah studi yang dilakukan oleh World Resources Institute menemukan bahwa setiap $1 yang diinvestasikan dalam restorasi daerah aliran sungai dapat menghasilkan manfaat ekonomi sebesar $2-3.

Selain itu, restorasi bentang alam dapat berkontribusi pada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hutan yang direstorasi berperan sebagai penyerap karbon, menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan membantu mitigasi perubahan iklim. Selain itu, lanskap yang sehat dapat meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kejadian cuaca ekstrem dan kekeringan. Hal ini mengurangi beban ekonomi yang terkait dengan kerusakan dan bencana terkait iklim.

Kesimpulannya, alasan ekonomi untuk memulihkan bentang alam yang terdegradasi sangatlah menarik. Dengan berinvestasi pada restorasi bentang alam, kita dapat memperoleh banyak manfaat ekonomi, termasuk peningkatan produktivitas pertanian, penciptaan lapangan kerja, perbaikan pengelolaan air, dan mitigasi perubahan iklim. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memulihkan lanskap yang terdegradasi, tidak hanya karena nilai ekologisnya namun juga keuntungan ekonomi yang ditawarkannya. Dengan melakukan hal ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan sejahtera bagi manusia dan planet bumi.