Steve Harvey ada dimana-mana. Dia jadi pembawa acara Family Feud, bintang di acara komedi pengadilan Judge Steve Harvey, dan ngelola program radio empat jam setiap hari kerja. Ditambah lagi ada lini pakaian, investasi, yayasan, dan banyak hal lain, jelaslah Harvey udah bangun kerajaannya sendiri.
Tapi dulu, hidupnya nggak selalu mewah dan sukses. Jauh sebelum punya kekayaan sekitar $200 juta, Harvey hampir tiga tahun nggak punya rumah—tidur di mobil Ford Tempo-nya, nyimpen makanan dingin di kotak pendingin, dan hidup cuma dari sandwich sosis dengan penghasilan $50 seminggu. Pengalaman itu, walau sulit, ternyata membuka matanya dan membentuknya, ngajarin Harvey tentang pentingnya selalu memikirkan masa depan.
“Karena hari ini cuma sementara; kalau semuanya baik, hari ini akan disebut kemarin, dan kalau semuanya sangat baik, besok akan jadi hari ini,” kata Harvey ke The Pivot Podcast dalam wawancara yang dirilis minggu lalu. “Kalau kamu paham bahwa semuanya bisa berubah untukmu besok, itu akan kasih kamu kekuatan untuk bertahan hari ini karena yang perlu kamu lakukan cuma bangun tidur.”
Bahkan setelah jadi terkenal di seluruh dunia, Harvey ngaku bahwa tetap sukses itu perjuangan sehari-hari. “Susah cari uang, bro, dan susah buat dapet banyak uang butuh waktu lama,” ujar Harvey. “Tapi kalau kamu pikir cari uang itu susah, lebih susah lagi buat nyelametin dan nambahinnya.”
Buat Harvey, kesuksesan finansial itu kayak olahraga: Lakukan 100 push-up mungkin butuh latihan bertahun-tahun, tapi lebih sulit lagi buat tetap bugar biar bisa terus melakukannya. “Buat tetap sukses, coba tebak apa yang harus dilakukan? Kamu harus bertahan. Dan setelah 100 push-up, bertahan itu sulit karena kamu udah capek banget buat sampe sana.”
Dari drop out kuliah kerja serabutan sampai jadi jutawan
Harvey lahir di West Virginia, ayahnya kerja sebagai penambang batu bara buat nafkahin lima anaknya. Setelah kuliah di Kent State University dan West Virginia University, Harvey berhenti kuliah dan kerja berbagai pekerjaan serabutan—seperti tukang pos, salesman asuransi, dan pekerja pabrik mobil—sambil nyari jati dirinya.
Tapi rasa aman itu cuma sementara. Suatu tahun, dia di-PHK dari General Electric tepat sebelum Thanksgiving, terpaksa pulang ke rumah bawa kalkun 20 pon tapi nggak punya penghasilan buat keluarga. Selama bertahun-tahun, Harvey bilang dia ganti-ganti 10 atau 11 pekerjaan. Titik baliknya datang di umur 27, ketika dia menang $50 di klub komedi dan memutuskan dia nggak punya apa-apa lagi buat dirugikan. Dia berhenti dari kerjaannya yang stabil jualan asuransi dan terjun ke dunia komedi—sebuah risiko yang mengubah hidupnya selamanya.
Keinginan Harvey buat dapetin stabilitas adalah alasan dia sekarang mengerjakan banyak proyek: Kehilangan satu job nggak bakal bikin dia jadi nggak punya apa-apa. “Aku udah lama banget lari dari kemiskinan karena aku ada di situ terlalu lama,” katanya ke The Pivot Podcast. “Kayaknya aku agak takut kalau semuanya jadi jelek lagi.”
Saran utama Harvey buat anak muda yang nyari kesuksesan versi mereka sederhana: itu bukan tentang sumber daya yang kamu punya, tapi tentang menemukan bakat pribadi kamu. “Kamu harus terbiasa dengan rasa nggak nyaman kalau mau sukses,” katanya di tahun 2018. “Coba tekanin dirimu sendiri.”