David Sacks, investor lama dari Silicon Valley yang sekarang jadi penasihat khusus Gedung Putih untuk AI dan crypto, udah kasih pendapat tentang debat "doomer" AI. Dalam postingan viral di X, Sacks jelaskan visinya tentang AI sekarang dan masa depan. Dia bilang ketakutan berlebihan soal AI jadi jahat itu salah besar, dan manusia masih pegang kendali penuh. Sacks juga bilang kekhawatiran kehilangan pekerjaan itu berlebihan, dan malah manusia bakal dapat manfaat besar kalo bisa manfaatkan AI untuk kesempatan baru.
Selain itu, Sacks ngomong prediksi doomer paling ekstrem—di mana AI jadi supercerdas dan gak bisa dikontrol kayak di film fiksi ilmiah—belum terjadi. Dia juga bayangin masa depan ekonomi yang lebih kompetitif, terdesentralisasi, dan tetep digerakin manusia.
Dalam pernyataan panjang di X, Sacks tegas bilang: “Narasi Doomer salah.” Dia yakin kondisi sekarang itu “Goldilocks”—pas banget. Posisinya mirip sama Jerome Powell dari Federal Reserve, yang ada di tengah konflik antara Jensen Huang dan Dario Amodei. Sacks punya empat alasan kenapa dampak AI ke ekonomi sebenarnya baik.
1. Kompetisi ketat di bidang AI
Narasi doomer ngira bakal ada satu model AI yang tiba-tiba jadi AGI (kecerdasan umum buatan) dan ninggalin manusia. Nyatanya, model-model top justru punya performa mirip, dan perusahaan saling susul dengan versi terbaru. Persaingan ini nunjukkin gak ada AI super yang bakal kuasain segalanya.
Sacks sebut ada lima perusahaan AS yang bersaing ketat bikin “model frontier”. Dia gak sebut nama, tapi mungkin maksudnya Meta, Microsoft, Google, Amazon, Apple, plus startup macam OpenAI dan Anthropic. Persaingan ini bikin kemajuan AI merata dan hindari dominasi satu pihak.
2. Munculnya open-source
Sacks antusias sama AI open-source yang bisa kasih 80-90% kemampuan dengan biaya cuma 10-20%. Di Cina, open-source udah dominan, dan perusahaan AS kayak OpenAI dan Meta mulai ikutin. Ini bikin inovasi AI lebih demokratis.
“Akan bagus kalo lebih banyak perusahaan AS bersaing di sini,” tambahnya.
3. Pembagian kerja
Sacks bayangin ekosistem AI di mana model dasar dikembangin startup jadi aplikasi spesifik. Ini bakal baik buat startup karena bikin kreasi nilai lebih merata.
4. Pengawasan manusia tetap penting
Sacks tegas bilang AI gak bakal gantikan manusia cepat-cepat. Model AI masih butuh arahan, konteks, dan verifikasi manusia. “Kamu gak bakal kehilangan kerja karena AI, tapi karena orang yang lebih jago pake AI,” tulisnya.
Dia kutip pendapat Balaji Srinivasan yang bilang AGI itu teknologi “middle-to-middle” yang bantu manusia, bukan gantiin sepenuhnya.
Tapi, bukti mulai muncul kalau AI udah mulai ganggu pasar kerja.
**Versi Bahasa Indonesia (Level B1 dengan beberapa kesalahan):**
Satu survei dari konsultan pekerjaan Challenger, Gray & Christmas menunjukan peningkatan PHK sebanyak 140% di Juli 2025, hampir setengahnya terkait dengan AI dan “pembaruan teknologi.” *Disappearing college wage premium* mungkin juga berhubungan dengan pengaruh AI di pekerjaan tingkat pemula, atau ekonomi yang menuju stagflasi atau resesi.
Argumen Sacks menekankan bahwa, meskipun AI memiliki banyak fitur canggih, manusia masih yang mengendalikan semuanya saat ini. Ekonom di Federal Reserve juga mempelajari hal yang sama, dan prediksi mereka adalah peningkatan besar dalam produktivitas tenaga kerja—tergantung seberapa cepat perusahaan mengadopsi teknologi ini. Tapi, mereka memperingatkan AI mungkin tidak berkembang seperti listrik atau internet. Bagaimana jika produktivitas naik sementara, lalu menurun setelah AI digunakan secara luas? Itu akan membuat AI menjadi penemuan seperti bohlam lampu, revolusioner di masanya tapi sekarang dianggap biasa.