Sejak Federal Reserve didirikan tahun 1914, Amerika Serikat sudah punya 16 ketua Fed. Tapi jarang sekali pemilihan pemimpin bank sentral negara dapat perhatian media dan politik yang begitu besar seperti yang terjadi sekarang ini. Ini sebenarnya disengaja; setidaknya sejak acara The Apprentice dimulai tahun 2004, Donald Trump senang mengubah keputusan perekrutan pejabat tinggi jadi tontonan publik—seperti hiburan gladiator modern. Cara ini banyak dikritik, tapi juga punya kelebihan: membuat kekuatan, kelemahan, dan watak para kandidat jadi sangat transparan.
Banyak media fokus pada Kevin Hassett dan Kevin Warsh sebagai calon terkuat untuk jadi ketua Fed berikutnya. Keduanya sangat dihormati dan punya catatan panjang melayani publik. Tapi, kelemahan mereka dilihat dengan sangat detail, sehingga membuka peluang untuk kandidat "dark horse" yang sedang naik daun, yaitu Gubernur Fed Chris Waller. Dia mendapat dukungan semakin besar dari CEO perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika.
Para CEO tertarik pada Chris Waller karena walau dia mungkin tidak punya jaringan di Gedung Putih seperti kandidat lain, dia tampaknya satu-satunya calon yang bisa menurunkan suku bunga dengan kredibilitas luas dan membangun konsensus tentang pemotongan suku bunga itu, baik di Fed maupun di kalangan bisnis dan pasar keuangan.
Ironisnya, upaya Presiden Trump mendesak Fed menurunkan suku bunga justru menjadi bumerang baginya sendiri. Keinginan agar suku bunga turun sebenarnya juga dirasakan oleh banyak ekonom, pemimpin bisnis, bahkan para kritikus Trump. Kami sebelumnya juga sudah menulis publikasi yang menyerukan Fed untuk menurunkan suku bunga, karena sektor-sektor seperti perumahan terkena dampak negatif akibat suku bunga tinggi yang terlalu lama.
Para CEO ingin suku bunga turun, tapi mereka lebih peduli pada kemandirian Fed. Sejarah menunjukkan: negara yang mempolitisasi bank sentralnya menuju masalah moneter dan kehancuran. Itu sebabnya intervensi Trump di Fed telah membuat kekacauan di pasar, dengan investor obligasi beraksi dan imbal hasil obligasi jangka panjang naik.
Chris Waller mungkin satu-satunya pilihan yang bisa memenuhi kedua hal itu. Berbeda dengan calon lain, seruan Waller untuk menurunkan suku bunga bukan demi politik atau pujian, tapi dari keyakinan intelektual yang tulus. Dia juga sangat konsisten dan tepat dalam prediksi ekonominya. Di saat yang sama, Waller berulang kali menekankan dan membela kemandirian bank sentral, berdasarkan penelitian akademisnya sendiri.
Pasar keuangan sudah bereaksi positif terhadap kemungkinan Waller jadi nominee. Saat CNBC menyiarkan langsung sesi tanya jawab Waller dengan 200 CEO di Yale CEO Summit minggu lalu, saham meroket dan imbal hasil obligasi turun secara real-time ketika Waller menyerukan penurunan suku bunga sambil berjanji mempertahankan kemandirian bank sentral. Tidak ada calon ketua Fed lain yang memicu reaksi pasar sepositif itu.
Waller adalah anggota Partai Republik seumur hidup yang pandai bekerja sama dengan berbagai kelompok, yang semua menghormati keahliannya, kerendahan hatinya, dan kesediaannya mendengar. Saing kami melakukan jajak pendapat di ruangan itu, 81% CEO memilih Waller sebagai pilihan utama mereka untuk ketua Fed. Ini sejalan dengan jajak pendapat CNBC sebelumnya yang menunjukkan mayoritas peserta pasar lebih memilih Waller, serta dukungan dari publikasi seperti The Economist.
Banyak CEO di Yale CEO Summit menghargai rekam jejak Waller dalam bekerja sama dengan pemimpin bisnis. Ambil contoh inovasi crypto. Sebagai Gubernur Fed yang mengawasi sistem pembayaran, Waller sudah jadi pendukung stablecoin sejak sebelum 2021, ketika masih sedikit yang tahu apa itu stablecoin. Dia juga mengadakan Konferensi Inovasi Pembayaran pertama tahun ini, menghadirkan pemimpin industri untuk membentuk masa depan pembayaran stablecoin.
Presiden Harry Truman pernah mengeluh, "Berikan saya ekonom dengan satu tangan. Semua ekonom saya berkata, ‘Di satu sisi…’, lalu ‘tapi di sisi lain’." Para pemimpin bisnis menghargai gaya Waller yang serius dan tegas, pengetahuannya yang mendalam tentang ekonomi, rekam jejak keterlibatannya yang konstruktif, kejelasan pesannya, serta kredibilitasnya yang melampaui agenda politik atau karier pribadi.
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel komentar Fortune.com adalah pandangan penulisnya dan tidak selalu mencerminkan pendapat dan keyakinan Fortune.