David Solomon dari Goldman Sachs tentang AI yang Dianggap Gelembung Ekonomi: Mungkin, Tapi Tak Berbeda dari Demam Pasar Lainnya

CEO Goldman Sachs, David Solomon, punya pendapat tentang bubble AI. Dia bilang ini sama aja kayak waktu-waktu sebelumnya saat banyak uang masuk ke satu sektor ekonomi. Tapi dia jujur aja, dia bilang dirinya "gak cukup pintar" untuk tau apakah ini beneran bubble atau bukan.

Yang dia yakinin adalah, "situasinya gak beda kali ini."

Waktu berbicara di konferensi tech di Turin, Italia, Jumat lalu, Solomon ngomong seperti yang dilaporin Financial Times. Dia bilang, "Akan ada banyak modal yang dikeluarin tapi gak menghasilkan untung." Itu hal normal dalam investasi. Kata dia, "Kita cuma gak tau bagaimana akhirnya nanti."

Dia nambahin bahwa dia siap-siap aja kalau pasar bakal turun sedikit setelah rally yang sudah lama banget.

"Gue gak akan kaget kalau dalam 12-24 bulan ke depan kita lihat penurunan di pasar saham. Itu hal yang wajar mengingat kenaikan yang udah kita alami," kata Solomon.

Indeks S&P 500 udah naik tinggi banget selama lima tahun terakhir, sebagian karena investasi AI miliaran dolar dan keuntungan saham besar dari perusahaan tech kayak Nvidia. Indeks ini udah catat 190 rekor tertinggi sejak 2020. Tapi, beberapa investor khawatir karena konsentrasi indeks ini sekarang di level tertinggi. 10 perusahaan teratas sekarang membentuk sekitar 40% dari total nilai pasarnya—bandingin sama 10 tahun lalu yang cuma 20%. Sampai Jumat lalu, S&P 500 udah naik 15% sejak awal tahun.

Bubble AI yang Mungkin

Beberapa orang ternyata udah terang-terangan bilang kalo demam investasi AI sekarang bisa jadi "bubble." Di konferensi yang sama di Turin, pendiri dan chairman Amazon, Jeff Bezos, bilang AI itu "semacam bubble industri, bukan bubble finansial." Artinya, meski harga saham akhirnya jatuh, modal besar yang diinvestasikan di AI akan tetap bawa hasil positif buat masyarakat. Bezos kasih contoh investasi besar-besaran di kabel fiber optik jaman bubble dot-com dulu, yang manfaatnya masih terasa sampai sekarang.

MEMBACA  Apakah Kamala Harris seorang jaksa yang tegas atau seorang liberal yang 'lemah terhadap kejahatan'?

Yang lain, kayak CEO OpenAI Sam Altman, juga kayak ngakuin kemungkinan bahwa AI bisa aja lagi dalam bubble, tapi dia coba tenangin kekhawatiran orang.

"Akan ada masa boom dan bust," kata Altman minggu ini saat ditanya tentang kemungkinan bubble AI. "Orang-orang akan kebanyakan investasi dan rugi uang, dan kurang investasi dan kehilangan banyak pendapatan."

Bulan Agustus lalu, Altman bikin pasar geger waktu dia sebut kata "bubble," dan sehari kemudian semua perusahaan "Magnificent 7" jualan sahamnya. Ini bikin Nasdaq turun sekitar 1.5% dan S&P 500 turun 0.6%, yang bikin pasar goncang beberapa hari.

Untuk bagiannya, Solomon bilang dia tertarik untuk lihat bagaimana AI akan tingkatkan produktivitas dan dia prediksi "cara kerja bisnis akan berubah oleh AI secara global."

Goldman Sachs adalah salah satu perusahaan yang memakai AI dalam operasinya. Para insinyur software mereka mengalami kenaikan produktivitas 20% dari pakai alat bantu coding AI. Perusahaan itu juga punya versi ChatGPT sendiri dan alat "banker copilot" yang dipake beberapa pekerja di divisi investment banking untuk urus data rahasia.

"Kita lagi di awal filmnya, bukan di akhir film," klaim Solomon.