Harga saham diperkirakan turun Minggu malam karena investor khawatir konflik Israel-Iran yang semakin panas tanpa tanda-tanda berakhir. Harga minyak naik setelah Israel menyerang infrastruktur energi Iran, sementara Teheran pertimbangkan tutup Selat Hormuz. Pejabat Fed akan rapat minggu depan.
Pasar saham AS menunjukkan penurunan lagi minggu ini saat harga minyak melonjak akibat konflik Israel-Iran yang terus memburuk.
Saham anjlok tajam Jumat lalu setelah Israel serang pangkalan militer, fasilitas nuklir, dan markas penting Iran.
Di akhir pekan, kedua pihak terus saling serang dengan infrastruktur energi Iran jadi sasaran utama, termasuk kilang minyak dan ladang gas besar.
Indeks Dow Jones turun 92 poin (0.2%). S&P 500 dan Nasdaq juga turun 0.2%.
Harga minyak AS naik 3.8% jadi $75.75 per barrel, sementara Brent crude melonjak 3.9% ke $77.13. Ini terjadi setelah harga minyak naik 7% Jumat lalu.
Seorang anggota parlemen Iran bilang penutupan Selat Hormuz, jalur penting perdagangan energi global, sedang dipertimbangkan. Sekitar 21% minyak dunia melewati selat ini.
Analis Deutsche Bank perkirakan jika pasokan minyak Iran benar-benar berhenti dan Selat Hormuz ditutup, harga minyak bisa tembus $120 per barrel.
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun tipis ke 4.407%. Dolar melemah terhadap euro dan yen. Emas naik 0.28% ke $3,462.50 per ons.
Lonjakan harga minyak bikin investor khawatir inflasi akan naik lagi, meski data harga konsumen masih menunjukkan tarif Trump belum berdampak besar.
Ini membuat imbal hasil obligasi 10 tahun naik Jumat lalu karena harapan suku bunga turun dari Fed makin kecil.
Isu inflasi, tarif, dan kondisi geopolitik akan jadi fokus utama saat rapat Fed Selasa dan Rabu ini.
Meski suku bunga mungkin tidak berubah, Fed akan rilis proyeksi ekonomi terbaru. Ketua Jerome Powell juga akan beri konferensi pers Rabu sore.
Cerita ini pertama muncul di Fortune.com