Jakarta (ANTARA) – Komite Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) telah menanggapi perluasan area miqat (titik awal ibadah haji) di Masjid Bir Ali dengan memindahkan personel ke lokasi-lokasi strategis.
“Kami telah memindahkan petugas ke spot-spot yang lebih strategis untuk mengoptimalkan pelayanan bagi jamaah. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan kepada jamaah akibat adanya perluasan area Masjid Bir Ali,” ujar Muhammad, kepala sektor Bir Ali, di Madinah pada hari Selasa.
Selain memindahkan staf, ia mendorong pemimpin kelompok penerbangan dan pemimpin tim untuk memastikan bahwa jamaah melakukan wudhu (ablusi) dan mengenakan ihram (pakaian suci) sebelum meninggalkan hotel mereka. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses dan mencegah kerumunan.
“Waktu yang tersedia di Bir Ali hanya 15 menit, jadi kami mencoba untuk seefisien mungkin,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa jamaah lanjut usia dan difabel sebaiknya tetap berada di dalam bus selama proses miqat. Miqat tetap sah meskipun niyyah (niat) dibuat dari dalam kendaraan, katanya.
“Kami benar-benar berharap bahwa semua jamaah lanjut usia dan difabel tetap berada di dalam bus untuk membuat niyyah mereka. Ini sah dan diperbolehkan menurut hukum Islam,” tambahnya.
Ia mengatakan bahwa cuaca panas bisa menimbulkan risiko kesehatan bagi para jamaah rentan tersebut.
Hingga hari Selasa, sebanyak 7.025 jamaah dari 18 kelompok penerbangan telah melakukan miqat di Bir Ali. Mereka diangkut menggunakan 172 bus.
Proses miqat di Bir Ali akan terus berlanjut hingga semua jamaah gelombang pertama dibawa dari Madinah ke Makkah. Menurut jadwal resmi, periode transfer akan berlangsung dari 10 Mei 2025 hingga 25 Mei.
Berita terkait: Indonesia offers 32 disability-friendly buses for Hajj pilgrims
Berita terkait: Eight Indonesian Hajj pilgrims die, rights to be honored: govt
Translator: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025