Kementerian Genjot Potensi Ekonomi Kreatif lewat Film Desa

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal menyoroti efek ekonomi beruntun dari film-film yang diproduksi oleh komunitas desa, serta potensinya untuk go internasional.

“Mari kita jadikan ini usaha bersama untuk memajukan pembuat film lokal, memperkuat identitas budaya desa, menggunakan film sebagai sarana pengetahuan, dan membawa cerita desa ke penonton nasional maupun internasional,” kata Direktur Harmonisasi Sosial Budaya dan Kelembagaan, Dimposma Sihombing, pada Jumat.

Ia menyampaikan hal tersebut saat membuka Webinar Festival Film Desa bertema “Meningkatkan Kapasitas Filmmaker Lokal dalam Memperkuat Literasi Budaya Melalui Media Visual”.

Sihombing menambahkan, festival ini diharapkan dapat menjadi wadah yang berkelanjutan untuk pengembangan film lokal dan media edukasi bagi penonton.

“Kami berharap kegiatan ini memberikan inspirasi, wawasan, dan jaringan kolaborasi baru bagi kita semua,” ujarnya.

Sebelumnya, Dirjen Percepatan Pengembangan Daerah Tertinggal Samsul Widodo menyatakan bahwa festival ini bertujuan menjadi ruang ekspresi dan pemberdayaan bagi masyarakat desa di tengah era digital yang pesat.

Inisiatif festival ini berawal dari para kepala desa dan aktivis yang memproduksi film pendek bertema sosial dan kearifan lokal. Pemerintah berupaya membangun jaringan film desa nasional, yang menjangkau lebih dari sekedar komunitas lokal.

Dia menekankan bahwa produksi film juga dapat menciptakan efek ekonomi berantai, mencakup jasa seperti dokumentasi, sewa peralatan, kuliner, dan pariwisata lokal, menjadikan film sebagai pilar ekonomi kreatif desa.

“Melalui festival ini, kami ingin menanamkan semangat baru di desa, menunjukkan bahwa ekonomi kreatif bisa tumbuh di mana saja, tidak hanya di kota-kota besar,” katanya.

Festival Film Desa 2025 akan puncaknya pada 15 Januari 2026 di Boyolali, Jawa Tengah, bertepatan dengan Hari Desa.

MEMBACA  BKSAP mengundang parlemen untuk mempromosikan demokrasi lingkungan.