Poland (ANTARA) – Meski mengakui bahwa beberapa jenis kejahatan terjadi selama kerusuhan 1998 di Jakarta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa kebenaran insiden “pemerkosaan massal” yang diduga masih dipertanyakan.
Dia berpendapat bahwa penggunaan istilah “massal” perlu didukung oleh bukti yang kuat dan akurat, serta insiden ini harus ditelusuri dengan hati-hati karena masalah ini terkait dengan nama baik bangsa.
“Kehati-hatian dalam data dan bukti” sangat diperlukan saat menangani peristiwa masa lalu, ujar menteri di sela-sela peresmian Taman Budaya Bali Indah di Strzelinko, Slupsk, Polandia, Senin.
Dia juga menyatakan ada terlalu banyak informasi yang bertentangan tentang insiden tersebut, yang mungkin menyebabkan perbedaan ingatan selama masa transisi dari akhir Orde Baru ke awal era Reformasi pada Mei 1998.
Zon mengatakan bahwa dugaan “pemerkosaan massal” terhadap puluhan perempuan Tionghoa-Indonesia selama kerusuhan politik 1998 tercatat sebagai catatan sejarah dan perlu ditafsirkan dengan bijak.
“Saya percaya kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi di masa lalu dan sekarang, tetapi penggunaan istilah ‘massal’ mungkin perlu diteliti lebih dalam,” tambahnya.
Dia sekali lagi menekankan pentingnya menyajikan bukti yang lebih akurat dan data solid untuk memverifikasi kebenaran insiden itu.
Dia mengatakan ingin “data yang lebih autentik dan akurat” untuk menghindari dampak negatif pada reputasi bangsa karena, sejauh ini, belum ada bukti hukum atas kejadian itu.
Dia menegaskan bahwa jika insiden tersebut terbukti, kementeriannya akan mendukung penuh upaya mengadili pelaku di pengadilan dan menuntut hukuman berat bagi mereka.
Dugaan “pemerkosaan massal” selama kerusuhan politik 1998 kembali menarik perhatian publik setelah Zon mengumumkan rencana meluncurkan sejarah Indonesia yang ditulis ulang pada 17 Agustus 2025.
Berita terkait: Komnas Perempuan memperingati 25 tahun Reformasi
Berita terkait: Tingkat pengangguran terbuka terendah sejak era Reformasi: menteri
Penerjemah: M.Zulfikar, Rahmad Nasution
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025