Jumat, 30 Mei 2025 – 13:00 WIB
Tokyo, VIVA – Saat ini, para menteri dari Jepang dan Amerika Serikat sedang mengadakan pertemuan buat bahas solusi soal tarif impor yang diberlakukan sejak awal April oleh Presiden Donald Trump.
Baca Juga:
Inflasi Meroket, Harga Beras di Jepang Naik 98,4 Persen
Tarif ini bikin banyak produsen mobil asing kewalahan, termasuk Jepang. Salah satu yang paling terdampak adalah Nissan.
Saking terdesaknya, Nissan dikabarkan mau jual kantor pusatnya di Yokohama cuma biar bisa bertahan.
Baca Juga:
Banyak Bintang Dicoret! Ini 27 Pemain Jepang untuk Hadapi Timnas Indonesia
Menurut laporan Nikkei Asia, kantor pusat Nissan di Yokohama masuk daftar aset yang bakal dijual sebelum Maret 2026. Padahal, gedung ini udah jadi markas utama Nissan sejak pindah dari Tokyo tahun 2009. Lokasinya juga strategis, dekat sama Stasiun Yokohama yang ramai, dilansir VIVA dari Carscoops.
Baca Juga:
Geger Cerita Horor di Osaka: Wanita Ditemukan Meninggal Setelah 10 Tahun Dikurung Orang Tuanya!
Nilai properti ini diperkirakan lebih dari 100 miliar yen atau sekitar 698 juta dolar AS (lebih dari Rp11 triliun).
Penjualan ini diharapin bisa bantu Nissan ngumpulin dana buat nutup tujuh pabriknya yang tersebar di berbagai negara.
Belum ada kabar pasti soal dimana Nissan bakal berkantor setelah jual gedung itu. Kemungkinan besar mereka bakal ikut jejak McLaren, perusahaan Inggris yang jual kantornya di Woking senilai 237 juta dolar, terus nyewa lagi gedungnya selama 20 tahun.
Nissan memang lagi dalam kondisi keuangan yang genting, dan beban tarif cuma bikin keadaan makin parah. Menurut laporan Auto News, Jepang masih berharap bisa negosiasi biar tarif bisa diturunin atau dihapus, kayak yang udah terjadi antara AS dan Inggris serta jeda sementara tarif antara AS dan China.
Bulan ini, para menteri Jepang dan AS udah ketemu buat cari solusi.
"Kami menegaskan niat kami untuk terus minta penghapusan tarif secepat mungkin," kata Ketua Asosiasi Produsen Mobil Jepang (JAMA), Masanori Katayama.
Tapi, dia juga ngaku kalo hasilnya masih belum pasti. "Soalnya ini kan negosiasi, banyak hal bisa berubah. Kita belum tau sampe kapan tarif ini bakal berlaku dan gimana penyelesaiannya nanti."
Sebagai tanggapan, pemerintah Jepang udah nyediain layanan konsultasi buat perusahaan yang terdampak, baik di sektor manufaktur maupun keuangan. Tapi, sampe sekarang belum ada keputusan soal gimana beban tarif ini bakal dibagi.
"Kami belum nentuin gimana tarif ini bakal ditanggung. Belum ada pembicaraan jelas apakah pabrikan suku cadang yang bakal tanggung, atau produsen mobil. Yang jelas, kita semua ada di satu kapal," kata Katayama.
Halaman Selanjutnya
Penjualan ini diharapkan bisa bantu Nissan ngumpulin dana buat nutup tujuh pabriknya yang tersebar di berbagai negara.