loading…
Gugatan PKPU yg pernah diajukan oleh perusahaan pembiyaan digital jadi sorotan. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA – Gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yg diajukan oleh perusahaan pembiayaan digital, PT Creative Mobile Adventure (CMA), terhadap emiten pangan PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI), menarik perhatian banyak pihak. Gugatan ini dianggap terlalu cepat dan bisa bikin preseden hukum buruk untuk ekosistem keuangan digital.
Ahli hukum keuangan dan pengamat fintech, Mas Ahmad Yani, bilang kalo PKPU harusnya jadi opsi terakhir saat sengketa utang gak bisa diselesaikan, bukan buat alat tekanan sepihak.
“PKPU harusnya diajukan kalo komunikasi udah mentok dan debitur gak nunjukin itikad baik,” ujar Ahmad Yani, Kamis (24/7).
Baca Juga: Anak Usaha Garuda Aero Systems Indonesia Resmi Berstatus PKPU Sementara
Menurut dia, aturan hukum bilang kalo PKPU cuma bisa diajukan kalo utang yg diperselisihin udah nyentuh 75% dari total aset debitur. Di kasus ini, CMA dianggap gak memenuhi syarat itu.
Data keuangan RAFI nuduhin kalo utang ke CMA cuma Rp2 miliar, jauh lebih kecil dibanding total aset perusahaan di akhir 2024 yg capai Rp479,3 miliar, dengan ekuitas Rp312,7 miliar dan utang jangka pendek Rp59,8 miliar.