Minggu, 11 Februari 2024 – 22:20 WIB
Jakarta – Kampanye akbar terakhir Prabowo-Gibran yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno atau GBK, dinilai sangat menyejukkan. Tidak ada saling sindir dalam kampanye tersebut.
Baca Juga :
Soroti Film Dirty Vote, TKN Sebut Sebagian Besar Bernada Fitnah
Untuk itu, Habib Mohsein Bedegel yang merupakan Ketua Umum Assosiasi Bursa Kerja Indonesia (ABKI) dan salah satu relawan militan Dewan Pakar Ndaru, menilai kampanye itu yang membuat pasangan capres-cawapres nomor urut 2, unggul.
“Tidak ada sindir menyindir, dan mengubah lirik shalawat kayak di tempat lain, oke banget kemarin di GBK,” kata Habib Mohsein.
Baca Juga :
Yakin Hal Baik Jokowi ada di Prabowo-Gibran, Maruarar Sirait Umumkan Masuk Gerindra
“Pak Prabowo menutup pidatonya dengan doa, ini luar biasa. Semua bahagia, ada joget, ada doa, penuh khidmat jadi satu,” lanjutnya.
Pemimpin doa di kampanye itu juga menurutnya istimewa. Sebab yang memimpin adalah Pengasuh Majelis Taklim Al-Habsyi Kwitang Jakarta, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.
Baca Juga :
Kawan Gibran Perkuat Pemenangan Prabowo-Gibran di Jawa Timur Usai Deklarasi 5 Daerah
“Alhamdulillah tokoh-tokoh tanpa henti mendukung perjuangan kami, ini luar biasa,” katanya.
Untuk diketahui, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi adalah keturunan dari Habib Ali Kwitang (20 April 1870 – 13 Oktober 1968). Habib Ali Kwitang adalah salah seorang tokoh penyiar agama Islam terdepan di Jakarta pada abad 20. Ia juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian Majelis Taklim Kwitang yang merupakan satu cikal-bakal organisasi-organisasi keagamaan lainnya di Jakarta.
Habib Ali juga disebut-sebut berperan dalam kemerdekaan. Dalam suatu sejarah, Presiden Soekarno meminta pendapat kepada Habib Ali Kwitang terkait waktu pelaksanaannya. Habib Ali menentukan tanggal 17 Agustus 1945 M yang tepat pada 9 Ramadan 1364 H sebagai hari untuk membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Habib Ali juga disebut-sebut berperan dalam kemerdekaan. Dalam suatu sejarah, Presiden Soekarno meminta pendapat kepada Habib Ali Kwitang terkait waktu pelaksanaannya. Habib Ali menentukan tanggal 17 Agustus 1945 M yang tepat pada 9 Ramadan 1364 H sebagai hari untuk membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.