Pada Rabu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memuji tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat dan perlu dipercepat lebih lanjut. Beberapa indikator saat ini, termasuk hasil dari survei BI, menunjukkan aktivitas ekonomi yang kuat di kuartal ketiga. Hal ini tercermin dalam kepercayaan konsumen yang tinggi, penjualan ritel yang positif, dan peningkatan impor barang modal serta penjualan semen. Investasi, khususnya di sektor konstruksi, juga terus tumbuh, sejalan dengan tahap akhir dari ibu kota baru, Nusantara, dan penyelesaian beberapa proyek strategis nasional. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga telah terjaga, terutama di kalangan kelas menengah atas. Ekspor non-migas juga tetap kuat, mendukung pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah, yang diharapkan meningkat hingga akhir tahun, juga diantisipasi akan mendukung permintaan domestik. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar antara 4,7 persen hingga 5,5 persen, dengan titik tengah 5,1 persen, untuk tahun ini. “Ke depan, berbagai upaya harus terus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan, baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran,” kata Warjiyo. Untuk itu, bank sentral sedang memperkuat campuran kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bekerja sama erat dengan kebijakan stimulus fiskal pemerintah. Dari sisi penawaran, reformasi struktural perlu diperkuat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja dan menambah nilai tinggi. BI yakin bahwa tren inflasi akan tetap rendah, dalam kisaran 2,5 persen plus atau minus 1 persen. Pada Agustus 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 2,12 persen tahun ke tahun (yoy). Inflasi inti tercatat sebesar 2,02 persen yoy. Inflasi inti diperkirakan akan tetap stabil karena beberapa faktor: Kemampuan ekonomi dalam menanggapi permintaan domestik. Inflasi impor terkendali, sejalan dengan kebijakan stabilisasi kurs rupiah BI. Dampak positif dari digitalisasi. Sementara itu, inflasi pangan yang fluktuatif (VF) terus menurun, mencapai 3,04 persen yoy dari 3,63 persen yoy bulan sebelumnya. Penurunan ini telah diamati di sebagian besar wilayah Indonesia, didukung oleh peningkatan pasokan pangan karena musim panen dan koordinasi yang efektif antara tim pengendalian inflasi pusat dan daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan. Berita terkait: Ekonomi syariah akan mendorong transformasi di Indonesia, dunia: BI Berita terkait: Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih baik di tengah ketidakpastian: BI Translator: Imamatul Silfia, Yashinta Difa Editor: Anton Santoso Copyright © ANTARA 2024