5 Fakta Perjanjian Rudal Nuklir yang Ditinggalkan Rusia, Salah Satunya Ancaman Perang Dingin Kembali 1. Rusia meninggalkan perjanjian rudal nuklir, memicu ketegangan global. 2. Perjanjian ini sebelumnya menjadi pilar stabilitas keamanan dunia. 3. Langkah ini dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian internasional. 4. Para ahli memprediksi meningkatnya risiko perlombaan senjata nuklir. 5. Kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan kembalinya era Perang Dingin.

5 Fakta Perjanjian Rudal Nuklir yang Ditinggalkan Rusia, Salah Satunya Perang Dingin Akan Kembali Lagi

WASHINGTON – Rusia mengumumkan berhenti patuh pada perjanjian rudal nuklir yang udah puluhan tahun sama AS. Hal ini bikin khawatir bakal terjadi lagi perlombaan senjata kayak jaman Perang Dingin.

Perjanjian INF, yang ditandatangani tahun 1987, awalnya melarang penggunaan rudal jarak pendek dan menengah antara dua negara adidaya itu.

Presiden AS Donald Trump keluar dari perjanjian ini tahun 2019, tapi Rusia tetep ikut sampai Senin kemarin. Rusia bilang mereka gak bakal pakai senjata itu selama AS juga gak pakai – meski AS sering tuduh Moskow melanggar perjanjian.

Langkah Rusia ini muncul beberapa hari setelah Trump perintahkan penempatan ulang dua kapal selam nuklir. Ini sebagai respons atas ucapan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang disebut "mengancam".

Beberapa minggu terakhir, pemerintahan Trump juga meningkatkan tekanan ke Putin biar perang di Ukraina berakhir. AS bahkan ancam India dengan tarif karena beli minyak dari Rusia.

Sementara itu, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, rencananya bakal ke Moskow minggu ini sebagai bagian dari upaya damai.

Tapi kenapa Rusia keluar dari perjanjian ini, dan apa dampaknya buat hubungan kedua negara?

1. Perjanjian dari Jaman Uni Soviet

Perjanjian ini ditandatangani oleh Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev tahun 1987. Tujuannya buat hentikan perlombaan senjata nuklir.

Perjanjian ini melarang pembuatan atau uji coba rudal balistik dan jelajah dengan jarak 500-5.500 km. Sekitar 2.600 rudal dari kedua pihak udah dihancurkan, termasuk yang punya hulu ledak nuklir. Tapi, perjanjian ini gak termasuk rudal yang diluncurkan dari laut atau udara.

MEMBACA  Politikus PKB Usulkan Pimpinan Trans7 Menginap di Pesantren Selama 40 Hari

2. Ada Pergerakan Rudal AS di Berbagai Wilayah

Kementerian Luar Negeri Rusia bilang, pergerakan rudal AS di Eropa, Filipina, dan Australia adalah ancaman langsung buat keamanan Moskow.

"Karena AS udah mulai pasang rudal jarak menengah di Eropa dan Asia-Pasifik, Rusia gak punya alasan lagi buat patuh moratorium ini," kata mereka.

Mantan Presiden Medvedev bilang keputusan ini akibat "kebijakan anti-Rusia" dari NATO. Dia juga bilang, "Ini realita baru yang harus dihadapi musuh-musuh kami. Tunggu aja langkah selanjutnya."

Medvedev juga sempat berdebat sengit sama Trump di medsos setelah presiden AS ultimatum Rusia buat hentikan perang dalam 10 hari.