Saham bisa jadi siap untuk reli seperti tahun 1995, menurut Wells Fargo.
Kepala strategi investasi global bank tersebut menunjuk pada penurunan inflasi dan ekonomi yang tangguh.
Kondisi-kondisi tersebut menciptakan panggung bagi pemangkasan suku bunga oleh Fed, yang bullish untuk ekuitas.
Saham siap untuk kenaikan yang tidak pernah terjadi dalam tiga dekade terakhir, kata kepala strategi investasi global Wells Fargo, Paul Christopher.
Veteran perbankan tersebut menunjuk pada paralel antara pasar saat ini dan tahun 1995, ketika saham meroket dan S&P 500 mencatatkan 77 rekor tertinggi.
Christopher mengatakan bahwa para investor bisa menghadapi lingkungan yang serupa. Itu karena inflasi menurun dan ekonomi “tidak runtuh,” katanya, dengan Departemen Perdagangan memperkirakan bahwa PDB tumbuh sebesar 2,8% tahun ke tahun di kuartal kedua.
Bank Sentral “berada dalam posisi yang baik di sini jika mereka cukup proaktif,” kata Christopher kepada CNBC pada hari Kamis, menyarankan bahwa bank sentral akan menerbitkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September diikuti oleh “beberapa pemangkasan suku bunga lainnya” hingga akhir tahun. “Kita masih memiliki peluang bagus untuk melandaskan ekonomi ini dengan lembut,” tambahnya.
Pasar telah memperhatikan pemangkasan suku bunga Fed sejak bank sentral mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk menurunkan inflasi.
Tetapi inflasi jauh dari puncak dari musim panas 2022. Biro Statistik Tenaga Kerja mengatakan inflasi naik sebesar 2,9% tahun ke tahun pada bulan Juli.
Wells Fargo memperkirakan lebih banyak volatilitas untuk saham dalam beberapa bulan ke depan, kata Christopher, menunjuk pada ketidakpastian yang berasal dari ketegangan geopolitik dan pemilihan presiden. Periode tersebut kemungkinan akan diikuti oleh beberapa kenaikan signifikan bagi para investor, dengan asumsi bahwa Fed melonggarkan kebijakan dengan tepat, tambahnya.
Christopher mengatakan penurunan suku bunga jangka pendek kemungkinan akan menguntungkan saham keuangan dan teknologi karena lembaga keuangan mendapatkan lebih banyak deposit sementara pendapatan perusahaan teknologi meningkat. Kedua tren tersebut “tepat seperti yang terjadi pada tahun 1995,” katanya.
“Keuangan memimpin jalan hingga teknologi mengambil alih, dan kemudian Anda memiliki pergerakan siklus umum saham ke depan,” kata Christopher, menambahkan, “Kita pasti akan lebih berlebihan dalam saham-saham besar di sektor-sektor yang saya sebutkan.”
Sebagian besar peramal saham mengharapkan lebih banyak keruncingan dalam beberapa bulan ke depan karena para investor memperhatikan pemangkasan suku bunga Fed dan memantau kekuatan ekonomi AS. Para ekonom Federal Reserve New York telah mengatakan bahwa mereka melihat ada kemungkinan 56% bahwa ekonomi akan masuk ke dalam resesi pada bulan Juli mendatang.
Baca artikel asli di Business Insider