Konjungsi “bahwa” acapkali terlewatkan dalam struktur kalimat, terutama dalam ragam lisan. Padahal, fungsinya sungguh krusial untuk memperjelas hubungan antara klausa utama dan anak kalimat. Elemen ini bertindak sebagai penanda yang memisahkan opini atau pernyataan dari fakta yang dilaporkan.
Ketiadaan konjungsi tersebut dapat memicu ambiguitas, membuat pesan menjadi tidak presisi. Dalam konteks tulisan formal, kelalaian dalam menggunakan “bahwa” dapat dianggap sebagai suatu kelemahan dalam hal tata bahasa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membiasakan diri menggunakannya dengan tepat, baik dalam diskusi akademik maupun dalam penulisan dokumen resmi.