Jumat, 13 Juni 2025 – 00:45 WIB
VIVA – Idul Adha selalu menjadi momen yang penuh arti. Setiap tahun, kita melihat semangat berkurban dalam bentuk hewan ternak, masjid yang ramai, dan antrian panjang pembagian daging. Tapi di balik keramaian itu, ada sisi lain dari Idul Adha yang jarang diperhatikan — kisah orang-orang yang tidak selalu punya kesempatan untuk ikut serta, bukan karena kurang niat, tapi karena kerasnya hidup.
Baca Juga:
Bukan Daging, Ratusan Driver Ojol Dapat Kambing Utuh saat Idul Adha
Ada seorang penjual ketupat di Pasar Minggu, Jakarta, yang kisahnya tahun ini menyentuh banyak orang. Ia dikenal sebagai orang yang rajin, sederhana, dan bekerja keras untuk keluarganya. Tapi Idul Adha kali ini berbeda baginya. Bukan karena kemeriahannya, tapi karena kejutan yang datang dari tempat tak terduga.
Brand minyak herbal Kutus Kutus, yang biasanya dikenal dengan gaya hidup sehat, menunjukkan sisi lain dari misinya. Dalam rangka Idul Adha, mereka melakukan aksi sosial yang sangat berarti: memberikan seekor kambing kurban kepada penjual ketupat itu — seseorang yang sebenarnya ingin berkurban, tapi belum punya cukup rezeki.
Momen ini berlangsung sederhana tapi mengharukan. Tidak ada panggung mewah atau sorotan kamera. Hanya ada pesan kuat: semangat Idul Adha tidak mengenal batas sosial. Semua orang berhak merasakan arti berbagi.
“Kurban bukan soal besar kecilnya hewan, tapi ketulusan berbagi. Lewat gerakan kecil ini, kami ingin semua orang bisa merasakan semangat Idul Adha yang inklusif,” kata Arniel Sugiharto, CEO Kutus Kutus.
Baca Juga:
Wujud Aksi Kemanusiaan, McDonald’s Salurkan 76 Hewan Kurban ke 40 Wilayah Indonesia saat Idul Adha
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa berkurban bukan soal jumlah, tapi kepekaan terhadap sesama. Penjual ketupat itu mungkin tidak terkenal di media sosial, tapi kisahnya menjadi pengingat bahwa kebaikan bisa datang dalam bentuk paling sederhana — dan tulus.
Kutus Kutus membuktikan bahwa kepeduliaan bisa jadi bagian dari gaya hidup sehat. Karena, seperti yang mereka percaya, “healing itu bukan cuma untuk tubuh, tapi juga untuk hati.”
Idul Adha tahun ini membawa pesan yang lebih dalam dari sekadar tradisi. Ia menjadi momen untuk merenung: sudahkah kita cukup melihat sekitar? Apakah kita masih memaknai kurban hanya sebagai ritual tahunan?
Lewat kisah sederhana dari Pasar Minggu, kita diingatkan: yang paling berharga dari kurban bukanlah hewannya, tapi ketulusan hati untuk berbagi — bahkan kepada mereka yang sering terlupakan.
Baca Juga:
Sisi Lain Dunia Esports, Ketika Pemain PUBG Mobile Berbagi Kebaikan di Idul Adha