Kisah Zeda Salim Sebelum Heboh Jenguk Ammar Zoni: Mengalami KDRT

Zeda Salim kembali menjadi sorotan setelah mengunjungi Ammar Zoni yang kini ditahan di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat. Kehadirannya menuai perhatian publik, apalagi mengingat latar belakangnya yang juga penuh dengan lika-liku kehidupan di masa lalunya.

Zeda diketahui pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan tak diberi nafkah. Namun, namanya kini menjadi sorotan lantaran janda yang dulunya dikenal sebagai presenter ini menunjukkan dukungannya untuk Ammar Zoni yang tengah menjalani masa hukuman akibat kasus narkoba.

Seperti diketahui, Ammar Zoni baru saja bercerai dari Irish Bella, yang kini menikah dengan pengusaha Haldy Sabri. Setelah perceraian tersebut, Ammar harus menghadapi vonis hukuman empat tahun penjara yang diputuskan oleh Pengadilan Tinggi Jakarta.

Dalam kunjungan yang dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada Ammar, Zeda justru mengalami kendala administratif. Meski telah mengikuti prosedur, pihak lapas tidak mengizinkannya masuk karena ada perubahan aturan kunjungan yang mendadak.

Zeda Salim, yang memiliki nama asli Zurayda Salim, lahir di Surabaya pada 11 Mei 1987. Dengan latar belakang Sarjana Ilmu Komunikasi, Zeda dulu aktif membawakan program populer di berbagai stasiun TV, seperti “Tatap Mata” di TRANS7, “Seputar Indonesia,” “Silet,” serta “Dua Sisi” di RCTI.

Tak hanya di dunia penyiaran, Zeda juga sempat menulis buku berjudul 7 Kisah Hidupku yang Merubah Hidupmu, yang menceritakan pengalaman hidupnya yang menginspirasi.

Namun, di balik kariernya yang cemerlang, kehidupan pribadi Zeda penuh tantangan. Ia mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) saat menikah dengan Habib Ali Jindan.

Zeda mengaku kerap ditelantarkan dan tidak mendapatkan nafkah lahir maupun batin. Ia juga menceritakan bagaimana suaminya pernah menyembunyikan status pernikahan mereka dan melarangnya untuk hamil. Berbagai tekanan tersebut membuat Zeda akhirnya melaporkan kasus ini ke Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) serta mempertimbangkan jalur hukum untuk mencari keadilan.

MEMBACA  Menteri Luar Negeri Indonesia Menanggapi Kematian Pemimpin Hezbollah

Tinggalkan komentar