“Sunshine” dan “Event Horizon” Bawa Kegilaan Luar Angkasa ke Tingkat yang Mengerikan

Jutaan mil dari Bumi, sebuah pesawat ruang angkasa menerima sinyal darurat—sehingga kru mengubah arah untuk menyelidiki. Bencana pun menyusul. Itulah premis terkenal dari Alien, tapi sering dipakai dalam cerita sci-fi lain, seperti Event Horizon (1997) dan Sunshine (2007).

Baru-baru ini, Sunshine ramai dibicarakan setelah sutradara Danny Boyle mengungkap rencana awalnya untuk membuat trilogi—yang gagal terwujud karena film ini, seperti Event Horizon, gagal di box office. Namun, keduanya kini mendapat apresiasi baru dan punya cukup kesamaan untuk jadi tontonan ganda sci-fi horror yang memukau.

Kedua film memakai elemen "transmisi misterius" ala Alien sebagai titik balik alur. Keduanya juga berlatar masa depan yang tak terlalu jauh (Event Horizon di 2047; Sunshine di 2057) dan terjadi di wilayah tata surya yang ekstrem—Event Horizon di orbit Neptunus, sedangkan Sunshine dekat permukaan matahari. Keduanya mengungkap sinyal darurat berasal dari kapal yang diduga sudah hilang: kapal bernama Event Horizon itu sendiri, sementara Icarus II dalam Sunshine menemukan pendahulunya, Icarus I.

Selain itu, kedua film menampilkan karakter yang berubah dari orang biasa (meski eksentrik) jadi penjahat sadis yang menghancurkan segalanya. Keduanya juga dibintangi aktor hebat, seperti Sam Neill di Event Horizon dan Mark Strong di Sunshine.

Tapi ada perbedaan krusial. Kru kapal penyelamat Lewis and Clark di Event Horizon tengah menjalani misi rahasia untuk menemukan kapal yang hilang bertahun-tahun. Sementara kru Icarus di Sunshine punya tugas paling penting sepanjang sejarah: meluncurkan bom raksasa ke matahari yang sekarat untuk menghidupkannya kembali dan menyelamatkan Bumi dari kematian beku.

Tema ilmuwan/astronot menyelamatkan Bumi dari kiamat populer 20-25 tahun lalu. The Core (2003) berkisah tentang upaya gila mengebor inti Bumi untuk memulihkan rotasinya. Sebelumnya, ada Deep Impact dan Armageddon yang berlomba soal asteroid. Tapi Sunshine, yang terinspirasi episode Twilight Zone 1961 "The Midnight Sun", lebih serius dibanding kisah kiamat biasa.

MEMBACA  Sejarah Rusia, Negara Terkuat dari Uni Soviet yang Hancur

Di awal Sunshine, lewat narasi Cillian Murphy sebagai fisikawan Capa, kita tahu misi Icarus I hilang 7 tahun lalu. Capa dan krunya sudah bepergian setahun lebih dan mendekati momen penentu nasib umat manusia.

Boyle dan penulis Alex Garland menyisipkan firasat mengerikan di bagian awal. Nama kapal Icarus terkesan klise (terbang terlalu dekat matahari), tapi suasana di Icarus II awalnya tenang. Dokter Searle (Cliff Curtis) memang terobsesi menatap matahari, dan insinyur Mace (Chris Evans) agak pemarah. Namun, saat misi memasuki "Zona Mati" yang memutus komunikasi, semuanya berjalan lancar.

Sampai mereka melewati Merkurius dan menerima transmisi tak jelas dari Icarus I yang ternyata masih berfungsi. Perdebatan soal menyelamatkan kru (jika ada) jadi tidak relevan ketika Capa memutuskan mengambil bom Icarus I untuk memperbesar peluang sukses.

Sayangnya, perubahan arah itu memicu bencana beruntun bagi Icarus II—dan itu sebelum mereka bertemu sosok manusia tak terduga yang memperburuk segalanya.

Sunshine mungkin tak sepenuhnya akurat secara sains, tapi Event Horizon sama sekali fantastis saat segalanya kacau. Matahari menakutkan karena alasan alamiah: panas, berapi, dan bisa membakar hidup-hidup. Sementara Event Horizon beranggapan lubang hitam bisa mengirim kapal ke neraka—lalu mengembalikannya dengan kesadaran dan hasil menyiksa siapapun yang masuk.

Dr. Weir dalam kondisi mental runtuh di Event Horizon.

© Paramount Pictures

Desain kapal di Event Horizon terinspirasi H.R. Giger (Alien), Hieronymus Bosch, dan Hellraiser. Kapal Icarus lebih fungsional (AI-nya pun sopan meski kadang membangkang), tapi punya ruang observasi dengan filter aman untuk memandang matahari. Di sanalah kegilaan Kapten Pinbacker (Mark Strong) muncul. Karena kita tak tahu keadaannya sebelum jadi monster, sulit menilai apakah dia sudah gila sejak awal. Di Event Horizon, kita tahu Dr. Weir (Sam Neill) trauma setelah istrinya bunuh diri—dan menyaksikan keruntuhan mentalnya secara langsung.

MEMBACA  Waymo Akan Membawa Taksi Otonom ke Los Angeles - Tantangan Terbesarnya Sampai Sekarang

Perbedaan terbesar kedua antagonis ini mungkin niat akhirnya. Dr. Weir ingin menyeret kru Lewis and Clark ke neraka bersamanya. Sementara Pinbacker percaya matahari sekarat adalah rencana Tuhan untuk mengakhiri manusia—dan dia merasa diperintahkan untuk menggagalkan misi penyelamatan.

"Dia menyuruhku membawa kita semua ke surga!" katanya, menjelaskan sabotase terhadap Icarus II yang akan memastikan kematian di Bumi. Ironis, mengingat dia bicara surga sementara api matahari makin mendekat.

Ajaibnya, kedua film punya akhir yang mirip—bukan bahagia, tapi memberi secercah harapan. Event Horizon meninggalkan Dr. Weir dan kapal terkutuknya, tapi menyisakan beberapa korban selamat. Di Sunshine, semua kru tewas, tapi bom berhasil diledakkan dan matahari hidup kembali.

Selama bertahun-tahun, banyak pembicaraan soal mengembangkan dunia Event Horizon—mulai dari prekuel, sekuel, hingga seri TV. Adegan yang dipotong karena dianggap terlalu ekstrem mungkin tak pernah ditemukan, tapi kisahnya tetap menarik untuk dieksplor.

Sementara rencana trilogi Sunshine dari Boyle mengejutkan. Dia hanya menyebut ide Alex Garland "antarplanet" dan "luar biasa", yang mungkin jauh melampaui sekadar kisah Pinbacker atau kelanjutan nasib Bumi.

Kita mungkin tak akan mendapat sekuel Event Horizon atau Sunshine. Tapi keduanya tetap tontonan sci-fi yang menghibur—dan pasti akan selalu ada cerita baru tentang penerimaan sinyal darurat yang berujung bencana di antariksa.

Ingin info lebih lanjut? Cek jadwal rilis terbaru Marvel, Star Wars, dan Star Trek, serta update tentang DC Universe dan Doctor Who.