Kecelakaan Air India Mengguncang Rencana Pemulihan Boeing

Buka Editor’s Digest Gratis

Roula Khalaf, Editor FT, milih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.

Kecelakaan pesawat Air India yang menuju London terjadi di waktu penting buat Boeing, yang sedang berusaha mengatasi masalah keamanan dan produksi. Penyebab insiden dengan pesawat Boeing 787-8 belum diketahui, tapi kecelakaan ini bisa ganggu rencana pemulihan oleh CEO baru Kelly Ortberg. Saham Boeing, yang naik lebih dari 20% sejak awal tahun, turun 5% pada Kamis.

Ortberg bilang tim Boeing siap bantu penyelidikan oleh India’s Aircraft Accident Investigation Bureau. Boeing juga menyampaikan duka untuk penumpang, kru, dan semua yang terdampak.

Ortberg, yang jadi CEO Agustus lalu, berusaha stabilkan produksi dan perbaiki kontrol kualitas setelah insiden pintu pesawat 737 Max-9 terbang lepas Januari 2024. Setelah dua kecelakaan 737 Max-8 tahun 2018 dan 2019 yang menewaskan 346 orang, dia janji ubah budaya perusahaan.

Meski tak ada korban jiwa, insiden tahun lalu menimbulkan pertanyaan baru soal masalah produksi Boeing. Hal ini juga menyebabkan pergantian manajemen dan penunjukan Ortberg, mantan CEO Rockwell Collins.

Ortberg bilang ke Financial Times bahwa pemulihan Boeing berjalan, tapi belum pasti perusahaan sudah pulih sepenuhnya. Kecelakaan penerbangan 171, yang menewaskan hampir semua 242 penumpang dan kru, serta korban di darat, membuat fokus pada model paling canggih Boeing, 787.

Boeing sudah kirim lebih dari 1.100 pesawat 787 ke maskapai. Dijuluki Dreamliner, pesawat ini pakai bahan komposit ringan untuk hemat bahan bakar. Ini kecelakaan pertama sejak 2011.

Meski catatan keamanan bagus, 787 pernah alami masalah produksi. Kebakar*n baterai tahun 2013 bikin pesawat ini di-grounded 4 bulan. Belakangan, Boeing harus hentikan pengiriman hampir 2 tahun karena masalah kualitas.

MEMBACA  Pengusahaan Kecil dan Menengah Mencari Dorongan Anggaran Saat Menghadapi Kenaikan Biaya dan Kekurangan Tenaga Kerja

Beberapa whistleblower juga khawatir soal proses produksinya. Boeing tahun lalu tolak klaim soal integritas struktur dari seorang insinyur internal. Mereka bilang pesawat ini aman untuk terbang puluhan tahun.

Ada juga kekhawatiran soal pabrik Boeing di South Carolina tempat 787 dirakit. Salah satunya John Barnett, mantan manajer kualitas Boeing, yang ungkap masalah produksi tahun 2019.

Ahli penerbangan bilang masih terlalu awal tentukan penyebab kecelakaan, tapi ada beberapa keanehan dari video. Konsultan John Cox bilang profil penerbangan "tidak biasa" dan akan diteliti lebih lanjut.

Dia juga sebut posisi hidung pesawat naik tapi pesawat turun, serta pertanyaan soal posisi flaps di sayap. Mantan pilot Angkatan Udara AS, John Davidson, bilang pesawat mungkin alami keterlambatan rotasi atau stall setelah lepas landas. Masalah mesin, berat berlebihan, atau kegagalan kritis juga bisa jadi faktor.

"Cuaca, wind shear, atau serangan burung juga belum bisa disingkirkan," tambahnya.