AI telah dituding sebagai penyebab gelombang kecurangan yang melanda sistem pendidikan AS belakangan ini. Baru saja minggu ini, saya mewawancarai seorang profesor perguruan tinggi yang menjelaskan betapa parahnya situasi saat ini—terutama dalam hal penulisan esai yang dihasilkan oleh AI. Kini, salah satu pemain besar di industri AI, OpenAI, mengumumkan peluncuran alat baru yang dirancang untuk membantu siswa belajar secara aktif, bukan sekadar menerima informasi meragukan yang disampaikan chatbot.
“Hari ini kami memperkenalkan mode studi di ChatGPT—pengalaman belajar yang membantumu menyelesaikan masalah langkah demi langkah, bukan sekadar mendapatkan jawaban,” tulis perusahaan tersebut dalam blog post yang dirilis Selasa lalu. OpenAI menyatakan layanan ini tersedia untuk pengguna dengan akun Free, Plus, Pro, dan Team. Mereka juga menambahkan bahwa dalam beberapa minggu ke depan, fitur ini akan diluncurkan untuk ChatGPT Edu, versi khusus untuk kampus perguruan tinggi.
Menurut OpenAI, Mode Studi dirancang untuk melibatkan siswa dengan tanya jawab interaktif. Berbeda dengan penggunaan AI yang sekadar menyalin-tempel konten dari chatbot ke dokumen, mode ini bertujuan membuat pengguna tetap aktif secara mental—setidaknya secara teori. Siswa akan “dihadapkan pada pertanyaan panduan” yang “disesuaikan dengan tujuan dan tingkat kemampuan mereka untuk membangun pemahaman mendalam.” Postingan tersebut menegaskan, “Mode studi dirancang untuk interaktif dan membantu siswa benar-benar belajar, bukan sekadar menyelesaikan tugas.”
OpenAI juga mengakui bahwa industri mereka turut berkontribusi pada maraknya kecurangan otomatis di sekolah dan kampus. Mereka menulis, “Penggunaan AI di dunia pendidikan memunculkan pertanyaan penting: bagaimana memastikan alat ini mendukung pembelajaran nyata, bukan sekadar memberi solusi tanpa membantu siswa memahaminya?” Perusahaan mengklaim kode alat ini dikembangkan dengan masukan dari “guru, ilmuwan, dan ahli pedagogi” agar tetap relevan dengan dunia pendidikan (manusia).
Memang bagus bahwa OpenAI menciptakan alat untuk memicu siswa berpikir, tapi pertanyaan utamanya adalah berapa banyak yang benar-benar akan menggunakannya. Faktanya, siswa mencontek karena itu mudah. Mereka yang memang termotivasi belajar mungkin akan menemukannya sebagai alat bermanfaat—tapi studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan AI berlebihan justru bisa membuat pemahaman terhadap topik menjadi lebih dangkal.