Rencana Besar Dylan Field untuk Figma Setelah IPO yang Sukses

Dylan Field terlihat di layar Zoom dengan wajah yang memancarkan semangat sekaligus kelelahan. Baru saja ia kembali bekerja setelah perjalanan singkat ke New York City, tempat ia meluncurkan perusahaannya, Figma, di Bursa Efek New York—langkah berani yang melawan tren startup bernilai miliaran dolar yang biasanya tetap privat. Bahkan sebelum jelas bahwa ini mungkin peluncuran IPO terliar dalam beberapa tahun terakhir, komunitas Figma—penggemar aplikasi, karyawan (yang disebut Figmates), dan investor—sudah mengubah Wall Street menjadi pesta besar, membagi-bagikan merchandise, menyajikan pizza gratis, dan memutar musik DJ yang mengguncang lorong-lorong kekayaan. Namun, musik terindah terdengar di papan utama bursa, saat harga saham pembuka $33 melonjak ke $142 sebelum akhirnya stabil di $90.

Saat Field kembali ke California, kekayaannya melampaui $5 miliar. Tapi ia enggan membicarakannya. Baginya, ini bukan sekadar tentang perusahaan yang go public, melainkan IPO untuk desain itu sendiri. "Yang paling kupedulikan adalah seperti apa produk kami dalam 5 atau 10 tahun ke depan," katanya. "Apakah kami memajukan dunia desain?"

Tidak fokus pada uang mungkin ide yang bagus. Pada hari kami berbincang, harga saham Figma anjlok 27%, menurunkan valuasinya dari sekitar $60 miliar menjadi sedikit di atas $40 miliar. Itu masih jauh lebih tinggi dari perkiraan siapa pun. Meski IPO Figma merayakan desain, mereka bukan satu-satunya perusahaan yang ingin merevolusi bidang ini. AI akan membuka era baru dalam desain. Nasib Figma—seperti pesaingnya—akan ditentukan oleh bagaimana mereka menghadapi teknologi itu. Pada akhirnya, belum jelas apakah AI akan membantu bisnis mereka atau justru menghancurkannya.

Kiprah Field

Setiap kali saya berbicara dengan Field, Figma selalu mengalami momen besar. Perusahaan yang ia dirikan saat masih berusia 19 tahun sebagai Thiel fellow dan mahasiswa drop-out dari Brown University ini sejak awal menghadirkan aplikasi berbasis browser yang memungkinkan kolaborasi dan brainstorming desain secara online. Dengan cepat, Figma meraih basis penggemar setia, mengancam raksasa alat desain, Adobe. Saat pertama kali kami bertemu tahun 2022, saya menanyakan narasi David vs. Goliath itu—dan apakah ia mungkin menjual Figma ke perusahaan besar, seperti Instagram. Field dengan lantang bicara tentang komitmen jangka panjangnya. Padahal, ada rahasia yang tak bisa ia ungkap: Adobe baru saja menawarkan $20 miliar untuk Figma, dan ia hampir menerimanya.

MEMBACA  Saya menemukan laptop untuk para kreator yang menyaingi MacBook Pro 16 inci, namun harganya hanya setengah dari harga tersebut.

Berita itu bocor beberapa minggu setelah percakapan kami. Ketika saya menanyakannya di konferensi WIRED di San Francisco Desember lalu, ia meminta maaf. "Aku sungguh menyesal," katanya.

Pembicaraan berikutnya pada Desember 2023, kesepakatan itu gagal setelah Departemen Kehakiman AS di bawah Presiden Joe Biden menyatakan penolakan. Field terlihat terguncang tetapi tetap bertekad melanjutkan rencana awalnya: membangun perusahaan yang mengubah cara orang membuat aplikasi, situs web, dokumen, dan presentasi. Tak mudah, sebab Figma sudah menghabiskan bulanan mempersiapkan merger dengan Adobe.

Dua tahun berikutnya, Figma memperluas penawaran dan terus menambah penggemar. 13 juta penggunanya hanyalah secuil gambaran dari dominasinya: karya yang dibuat di Figma dilihat miliaran orang. 95% perusahaan Fortune 500 memakainya. Figma pun menghasilkan laba. Pasca-IPO, bahkan setelah sahamnya stabil, nilainya lebih dari dua kali lipat tawaran Adobe.

Namun, saya agak bingung mengapa Field merasa perlu go public, sementara startup kini bisa mencapai valuasi fantastis tanpa repot laporan publik. Ia menyebut manfaat kepemilikan komunitas, kedisiplinan korporat, dan bagaimana saham Figma akan membuat orang lebih paham bisnisnya. "Kalau akhirnya mau go public juga, kenapa tidak sekarang?"

Desain atau Kalah

Seperti kebiasaan pemimpin teknologi yang go public, Field menulis surat pendiri dalam prospektus, mengutamakan nilai di atas laba. (Janji semacam itu biasanya menghantui pendirinya saat wirausahawan idealis berubah menjadi pemburu profit.) Intinya, surat itu menyatakan bahwa desain kini menjadi pusat kehidupan. Bukan sekadar faktor penting dalam pembuatan produk atau ekspresi diri, melainkan faktor utama. "Desain," tulisnya, "lebih besar dari desain." Saat saya tanya maksudnya, ia tak langsung menjawab. "Ini bisa berarti banyak hal," katanya. "Desain berkembang dari sekadar kerajinan piksel menjadi solusi masalah umum, penentu menang atau kalah."

Ia menjelaskan bahwa di awal 2000-an, desain hanya soal membuat sesuatu tampak cantik. Pada 2010-an, orang mengikuti filosofi Steve Jobs bahwa desain adalah tentang fungsi. Kini, menurut Field, desain adalah juga alat komunikasi—siapa diri Anda, nilai merek Anda, cara Anda berinteraksi dengan publik. Dunia dibangun di atas perangkat lunak, dan semakin banyak perangkat lunak dibuat, desain makin menjadi pembeda utama. Ini bahasa baru, dan Figma ingin menjadi Duolingo bagi yang ingin menguasainya.

MEMBACA  Dokter di Cleveland Bayar Mertua 6 Ribu Dolar Sebulan. Inilah Saran Pembawa Acara Ramsey untuk Bebas dari Pemerasan Emosional