Seorang pesaing lain terbukti secara terang-terangan bermusuhan. Bethany Johnson, seorang perempuan trans yang juga mencalonkan diri dengan platform progresif, memandang Abughazaleh sebagai lawan. Menurut Johnson, para pendukung Abughazaleh di Bluesky melontarkan candaan kejam yang merendahkannya, suatu perlakuan yang setara dengan pelecehan. Johnson membalas dengan berulang kali muncul di kantor Abughazaleh membawa spanduk protes, berseluncur roda bolak-balik hanya dengan pakaian dalamnya, dan sengaja membuat dirinya muntah di depan pintu kantor tersebut. Abughazaleh pun mengajukan perintah pengadilan “larangan kontak karena dianggap stalking” terhadap Johnson agar ia berhenti.
Namun, sakit kepala terbesar Abughazaleh adalah Daniel Biss. Seorang pria kurus dan energik berusia 48 tahun dengan rambut perak yang menakjubkan, Biss adalah tokoh favorit kalangan progresif lokal. Selama menjabat sebagai walikota, Evanston menjadi kota pertama di AS yang menawarkan reparasi kepada penduduk kulit hitam. “Mari kita hadapi kelas miliarder bersama-sama,” begitu bunyi bio Instagramnya. Dia telah mendapatkan dukungan dari senator AS Elizabeth Warren dan beberapa serikat pekerja. Dalam jajak pendapat yang ditugaskan oleh kampanye Abughazaleh, dia muncul sebagai unggulan.
Meski demikian, ketika saya bertanya kepada Abughazaleh musim panas ini apakah dia yakin akan menang, dia menjawab tanpa ragu: “Sangat yakin.” Kami duduk di sofa di dalam kantornya, dikelilingi oleh spanduk-spanduk lukisan tangan buatan relawan dan rak-rak berisi barang-barang gratis yang ditawarkan kepada komunitas, dari buku hingga tisu bayi. Dia tidak ingin membahas para lawannya.
“Kami memiliki momentum,” lanjutnya. Kampanyenya memang sedang memanas—sumbangan terus mengalir—dan dia meraih dukungan besar pertamanya pada akhir Juli dari perwakilan AS Ro Khanna dari California, yang menyebutnya “yang terbaik mutlak yang bisa ditawarkan Partai Demokrat.”
Dia juga bekerja keras dalam strategi lapangan, seringkali melakukan tiga hingga enam kunjungan kampanye per hari. Dia mempekerjakan seorang manajer kampanye seangkatan Gen Z, Sam Weinberg, yang pernah tinggal di Evanston semasa kecil; mereka fokus pada serangkaian program dan acara berorientasi bantuan mutual, mulai dari memungut sampah di tepi danau dan taman setempat hingga pesta dimana biaya masuknya adalah pembalut wanita, kotak tisu wanita, atau persediaan untuk bank makanan markas mereka. Pada Agustus lalu, mereka membagikan ratusan ransel berisi perlengkapan sekolah kepada anak-anak lokal. Sambutan terhadap politik analog ini sangat positif. Saat mengunjungi kantornya musim panas ini, saya melihat orang-orang datang untuk menitipkan sumbangan—seseorang datang dengan jumlah monitor komputer yang cukup membingungkan—dan untuk mengambil barang-barang seperti pembalut dan makanan bayi.
“Saya memahami narasi dan teori konspirasi sayap kanan jauh dengan cara yang tidak dimiliki oleh banyak anggota dewan kita. Saya komunikator yang paling efektif.”
Abughazaleh telah dibandingkan dengan pemenang pemilihan pendahuluan walikota New York, Zohran Mamdani, seorang leftis muda dan karismatik lainnya yang pandai dalam video pendek. Namun, kesuksesan Mamdani berasal dari lebih dari sekadar permainan internetnya—dia adalah penduduk New York seumur hidup yang sudah menjadi anggota legislatif negara bagian; ditambah, lawannya adalah Andrew Cuomo, pengalaman yang benar-benar kontras dengan kampanye yang bermasalah. Dalam beberapa hal, pencalonan Abughazaleh lebih mirip dengan Deja Foxx, seorang pencipta konten Gen Z lain yang baru saja kalah besar di pemilihan pendahuluan Arizona. Seperti Abughazaleh, Foxx harus berhadapan dengan sesama progresif. Jelas bahwa Abughazaleh berusaha mengambil pelajaran dari kampanye seperti Mamdani, karena dia fokus pada pertemuan tatap muka dengan sebanyak mungkin konstituen dan memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang mungkin tidak akan memilih sama sekali.
Suatu sore, markasnya dipenuhi sekitar 40 orang yang datang untuk ditugaskan melakukan blusukan pada musim gugur ini. (Secara total, lebih dari 6.000 orang telah mendaftar sebagai relawan.) Strategi Abughazaleh mengandalkan motivasi orang-orang yang merasa teralienasi dari politik arus utama, dan banyak relawan yang terlihat lebih mungkin pernah menghabiskan waktu di forum online membahas karya-karya Peter Kropotkin daripada sebelumnya pernah membantu kampanye seorang Demokrat.