Penelitian Ungkap Kaitan Intoleransi Laktosa dengan Mimpi Buruk
Pernahkah makan keju tengah malam membuat Anda mengalami mimpi buruk seperti film Nightmare on Elm Street? Ternyata, kamu tidak sendirian. Penelitian terbaru mengungkap adanya hubungan antara intoleransi laktosa dan risiko mimpi buruk yang lebih tinggi.
Para ilmuwan di Kanada melakukan studi ini dengan mensurvei mahasiswa. Mereka menemukan bahwa orang yang sering mengalami mimpi buruk dan kualitas tidur buruk cenderung juga melaporkan alergi makanan, termasuk intoleransi laktosa. Peneliti menduga bahwa ketidaknyamanan akibat masalah pencernaan bisa memengaruhi tidur dan mimpi.
"Hasil penelitian kami mengonfirmasi hipotesis bahwa intoleransi laktosa memang bisa memprediksi gangguan mimpi dan mimpi buruk," kata Ross Powell, salah satu penulis studi dan profesor psikologi di MacEwan University, Alberta.
Gagasan bahwa makanan tertentu, terutama keju atau produk susu, bisa mengganggu tidur bukan hal baru. Pada awal 1900-an, kartunis Amerika Winsor McCay menciptakan komik Dream of the Rarebit Fiend, yang sering menampilkan orang bermimpi aneh setelah makan makanan tertentu—biasanya Welsh rarebit, hidangan keju panggang khas Inggris.
Namun, Powell menyatakan fenomena ini belum banyak diteliti secara ilmiah. Sepuluh tahun lalu, tim yang sama menemukan bahwa sekitar 20% partisipan melaporkan mimpi aneh yang mereka kaitkan dengan makanan tertentu atau makan larut malam, dengan banyak yang menyalahkan produk susu. Dalam studi terbaru ini, Powell dan rekan berusaha mengulang temuan sebelumnya sekaligus mencari penyebab di balik "mimpi buruk beraroma keju."
Lebih dari 1.000 mahasiswa disurvei tentang kebiasaan makan dan tidur mereka (dua kali lebih banyak dibanding studi 2015). Sekitar 40% responden merasa makanan atau ngemil larut malam memengaruhi tidur mereka, sementara 25% mengaku pola makan memperburuk kualitas tidur. Kali ini, hanya 5,5% yang secara spesifik menyalahkan makanan sebagai pemicu mimpi buruk, dengan produk susu, makanan pedas, dan manis sebagai tersangka utama.
Intoleransi laktosa dikaitkan dengan mimpi buruk lebih parah dan tidur yang kurang nyenyak, begitu juga dengan alergi makanan lainnya. Tak mengherankan, intoleransi laktosa berkaitan dengan gejala pencernaan, sementara mereka yang pola makannya kurang sehat cenderung lebih sering mimpi buruk dan sulit mengingat mimpinya.
Temuan ini dipublikasikan di Frontiers in Psychology (baik studi 2025 maupun 2015 mengutip Dream of the Rarebit Fiend dalam judulnya).
Bagi yang intoleran laktosa, mengonsumsi susu bisa menyebabkan kembung dan nyeri perut. Para peneliti berpendapat gejala ini dapat mengganggu tidur atau merusak mimpi—penjelasan yang mungkin juga berlaku untuk jenis nyeri lainnya.
"Gejala pencernaan mungkin memiliki dampak lebih kuat pada tidur dan mimpi dibanding ketidaknyamanan fisik lain. Misalnya, kram menstruasi juga terbukti meningkatkan kemungkinan mimpi terganggu," ujar Powell. Ia berteori bahwa karena gejala pencernaan bisa disebabkan keracunan, mimpi buruk setelah makan susu mungkin adalah cara tubuh tetap waspada jika terjadi keadaan darurat medis.
Tim peneliti berharap bisa mengonfirmasi temuan ini melalui eksperimen, seperti membandingkan tidur dan mimpi orang intoleran laktosa setelah mengonsumsi atau menghindari susu. Powell juga tertarik meneliti apakah sensitivitas makanan bisa berkontribusi langsung pada gangguan mimpi buruk.
Sekitar sepertiga orang Amerika sulit mencerna laktosa, meski tidak semuanya merasa sakit setelah mengonsumsinya. Mengingat betapa menyebalkannya intoleransi laktosa, temuan ini bisa jadi alasan tambahan untuk menghindari produk susu di malam hari. Setidaknya, saya sendiri mungkin akan memilih sorbet daripada es krim next time!