Dalam panggilan tersebut, para manajer SSA berbicara tentang betapa sulitnya menjaga motivasi karyawan, terutama ketika mereka tahu bahwa pekerjaan mereka akan meningkat setelah shutdown berakhir. “Sangat sulit mempertahankan semangat dengan kondisi staf seperti ini, dan mereka juga sadar bahwa segera setelah shutdown ini selesai, kami akan membebani mereka dengan [lebih banyak pekerjaan],” ujar seorang karyawan. “Sangat membuat frustrasi ketika kami harus menjaga motivasi staf tersebut dan kami membutuhkan mereka untuk jangka panjang, bukan hanya untuk tahun fiskal ini.”
Karyawan juga menggambarkan dampak spesifik yang ditimbulkan shutdown terhadap penerima Manfaat Jaminan Sosial. Dalam satu insiden yang diceritakan dalam panggilan, sebuah kantor kehilangan separuh tim mereka. “Sekarang masyarakat saya harus menunggu dua jam di area resepsionis, sejam hingga satu setengah jam di telepon,” kata karyawan yang sama, yang mencatat bahwa waktu tunggu sebelumnya hanya sekitar setengah jam.
SSA telah dilanda kekacauan sepanjang masa jabatan kedua Presiden Donald Trump. WIRED melaporkan pada Maret bahwa hampir selusin operatif dari yang disebut Departemen Efisiensi Pemerintahan telah ditugaskan ke SSA, termasuk nama-nama besar seperti Luke Farritor, Marko Elez, dan Akash Bobba.
Berdasarkan berkas pengadilan dari SSA di pengadilan federal dan pernyataan bersumpah yang menyertainya, sejumlah operatif DOGE memiliki akses ke berbagai kumpulan data sensitif, termasuk Numident, yang berisi informasi rinci tentang setiap pemegang nomor jaminan sosial. DOGE mengklaim mereka membutuhkan akses semacam ini untuk mendeteksi “penipuan”. Namun, banyak klaim DOGE tentang agensi tersebut tidak benar dan akurat, termasuk klaim bahwa orang berusia 150 tahun menerima manfaat jaminan sosial.
Pada Agustus, kepala petugas data SSA, Chuck Borges, mengajukan pengaduan pelapor yang mengklaim DOGE telah menangani data sensitif secara salah dan mengunggah informasi rahasia jutaan warga Amerika ke server yang tidak aman. Ketika Borges mengirim email kepada staf agensi yang menyatakan bahwa ia mengundurkan diri secara tidak sukarela, setelah pengaduannya, email tersebut secara misterius menghilang dari kotak masuk, demikian diberitahukan karyawan kepada WIRED pada saat itu.
“Saya berkomitmen pada organisasi ini. Saya mencintai apa yang kami lakukan, tapi saya merasa ini tidak berjalan ke arah yang benar, dan kami tidak benar-benar melayani masyarakat seperti seharusnya atau bahkan karyawan kami sendiri,” kata seorang karyawan selama panggilan manajemen pada Kamis. “Kami tidak berusaha menyalahkan orang, hanya saja kami sangat berkomitmen.”