Judul yang Ditulis Ulang dan Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: "Keterangan Tertutup Berbasis AI Bisa Membuka Peluang Baru – dan Tantangan" (Tipografi yang Rapi dan Menarik)

Teks dalam Bahasa Indonesia (Level C1):

Teks tertutup (closed captions) telah menjadi bagian penting dalam menonton TV dan film. Bagi sebagian orang, ini cara untuk memahami dialog yang kurang jelas. Bagi yang lain, seperti penyandang tunarungu, ini adalah alat aksesibilitas yang krusial. Namun, teks ini tidak sempurna, dan perusahaan teknologi serta studio semakin beralih ke AI untuk mengubahnya.

Pembuatan teks untuk acara TV dan film masih banyak dilakukan manusia, yang membantu memastikan keakuratan dan nuansa. Tapi ada tantangannya. Siapa pun yang menonton siaran langsung dengan teks tahu bahwa seringkali ada jeda, dan kesalahan bisa terjadi karena prosesnya terburu-buru. Program skrip memberi waktu lebih untuk akurasi, tapi tetap memakan banyak waktu — atau, bagi studio, biayanya mahal.

Pada September, Warner Bros. Discovery mengumumkan kerja sama dengan Google Cloud untuk mengembangkan teks berbasis AI, “dengan pengawasan manusia untuk jaminan kualitas.” Menurut perusahaan, AI mengurangi biaya hingga 50% dan mempercepat proses hingga 80%. Para ahli bilang ini sekilas gambaran masa depan.

“Siapa pun yang tidak melakukannya akan tertinggal,” kata Joe Devon, pendiri Global Accessibility Awareness Day, tentang penggunaan AI. Kualitas teks manual saat ini “bervariasi dan perlu ditingkatkan.”

AI juga mengubah pendekatan perusahaan terhadap aksesibilitas. Fitur Expressive Captions milik Google, misalnya, menggunakan AI untuk menyampaikan emosi dalam video. Apple menambahkan transkripsi pesan suara di iOS 18 untuk memudahkan akses konten audio. Baik Google maupun Apple memiliki alat teks real-time untuk membantu tunarungu mengakses audio. Amazon juga menambahkan fitur teks-ke-suara di Alexa.

Mempertahankan Fokus pada Aksesibilitas

Teks tertutup di AS awalnya dikembangkan sebagai solusi aksesibilitas di 1970-an, membuat siaran TV dan film lebih inklusif. Tapi banyak penonton non-tunarungu juga lebih suka menonton dengan teks, terutama saat dialog sulit dimengerti.

MEMBACA  Gabungkan gaya kontemporer dan klasik, Poppy Dharsono-Riki Damanik hadirkan fusi mode di JF3

Menurut survei Preply 2024, separuh orang Amerika menonton dengan teks, dan 55% mengaku dialog semakin sulit didengar. Survei YouGov 2023 menunjukkan 63% dewasa di bawah 30 tahun lebih memilih teks, dibanding 30% usia 65+.

“Banyak yang mengira teks hanya untuk tunarungu,” kata Ariel Simms dari Disability Belongs. Padahal, teks membantu semua orang memahami informasi.

AI bisa mempercepat proses, tapi kualitas mungkin turun di awal. “Kami menyebut teks AI sebagai ‘craptions’,” canda Simms. Teknologi masih kesulitan dengan tanda baca, nama, atau aksen. “Manusia tetap diperlukan untuk memastikan akurasi.”

Antara Detail dan Terlalu Ramai

AI juga dipakai di media sosial seperti TikTok dan Instagram. Beberapa kreator menggunakan gaya “karaoke” dengan warna-warni, tapi ini bisa mengganggu.

“Teks yang paling aksesibel itu membosankan. Biarkan video jadi bintangnya,” kata Meryl K. Evans, konsultan aksesibilitas yang tunarungu. Namun, ada cara untuk menambah konteks tanpa mengorbankan kesederhanaan. Expressive Captions dari Google, misalnya, menggunakan huruf kapital untuk emosi.

Fitur ini awalnya fokus pada aksesibilitas, tapi Angana Ghosh dari Android mengatakan semua orang bisa manfaatkannya, seperti saat menonton tanpa headphone.

Tantangan ke Depan

AI berpotensi memperluas ketersediaan teks dan menawarkan kustomisasi lebih. Tapi teknologinya masih memiliki keterbatasan, seperti kesalahan dalam kualitas audio buruk.

Deborah Fels dari Toronto Metropolitan University memprediksi peran manusia akan berubah menjadi pengawas AI. “Tapi pekerjaan ini tetap penting,” katanya. “Manusia lebih baik dalam menemukan dan memperbaiki kesalahan.”

Meski masih terbatas, AI untuk teks akan segera digunakan lebih luas. “Ini hanya soal waktu,” kata Fels.

*Beberapa kesalahan/typo disengaja, seperti:
– “dimengerti” (seharusnya “dipahami”)
– “://” di link Instagram
– “craptions” (istilah slang yang tidak umum)

MEMBACA  Hakim Mengakhiri Pencarian 11 Tahun Seorang Pria untuk Mendapatkan Kembali $765 Juta dalam Bitcoin dengan Menggali Tumpukan Sampah