Sebuah studi baru mungkin menunjukkan tanda-tanda pertama dari skenario kesehatan masyarakat yang menakutkan: Para peneliti menemukan dua kasus penyakit prion baru-baru ini—penyakit fatal yang disebabkan oleh protein nakal—yang bisa disebabkan oleh korban yang mengonsumsi daging rusa yang terkontaminasi. Koneksi ini masih jauh dari terkonfirmasi, namun para dokter meminta lebih banyak penelitian mengenai masalah ini.
Laporan tersebut dipublikasikan awal bulan ini dalam jurnal Neurology. Laporan tersebut menggambarkan kasus seorang pria berusia 72 tahun yang mengunjungi dokter setelah mulai mengalami kebingungan dan agresi secara cepat pada tahun 2022. Meskipun ia menerima pengobatan untuk gejalanya, yang termasuk kejang, kondisinya memburuk dengan cepat dan ia meninggal hanya sebulan kemudian. Autopsi kemudian menentukan bahwa ia telah mengembangkan bentuk sporadis penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit prion paling umum pada manusia. Yang membuat kasus ini paling mencolok: pria tersebut memiliki teman berburu di pondok yang sama yang baru saja meninggal karena CJD dan telah mengonsumsi daging rusa dari populasi rusa yang sama.
CJD dan penyakit prion lainnya disebabkan oleh bentuk prion yang tidak benar, yang secara alami ditemukan di otak dan tempat lainnya (hingga saat ini, kita tidak benar-benar tahu apa yang dilakukan prion “normal”). Prion yang tidak benar dapat mengubah prion normalnya menjadi nakal, dan seiring waktu penumpukan eksponensial prion buruk ini menghancurkan otak dari dalam. Meskipun bisa memakan waktu, bahkan puluhan tahun, untuk kerusakan ini menjadi jelas, tidak ada obat untuk penyakit prion setelah gejala muncul.
Hewan lain dapat mengembangkan penyakit prion. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, wabah penyakit tersebut—ensefalopati sponsiform sapi, atau penyakit sapi gila—menyebar luas di peternakan di Inggris; beberapa tahun kemudian, peneliti menemukan bahwa sebagian kecil orang yang mengonsumsi daging sapi yang tercemar tersebut terkena penyakit prion mereka sendiri sebagai hasilnya, yang kemudian disebut sebagai varian CJD.
Ancaman sapi gila berhasil dikendalikan pada akhir tahun 1990-an, dan hanya beberapa ratus orang diduga sakit akibat mengonsumsi daging yang terkontaminasi. Namun penyakit prion lain telah menyebar di antara rusa dan hewan terkait di Amerika Serikat dan Kanada belakangan ini, yang dikenal sebagai chronic wasting disease, atau CWD. Dan para penulis laporan terbaru mencurigai bahwa sejarah mungkin kini sedang berulang.
Sebagian besar kasus CJD dianggap sebagai sporadis, muncul tanpa alasan yang jelas. Namun korban dalam kasus ini adalah seorang pemburu yang secara teratur mengonsumsi daging rusa, seperti temannya yang meninggal karena CJD. Penyakit prion pada manusia sangat jarang, sehingga fakta bahwa kedua kasus ini terjadi begitu dekat adalah sesuatu yang patut diperhatikan.
“Riwayat pasien, termasuk kasus serupa di lingkungan sosialnya, menunjukkan kemungkinan transmisi hewan-ke-manusia yang baru dari CWD,” tulis para penulis laporan.
Beberapa studi pada hewan, termasuk primata non-manusia, telah menemukan bukti bahwa prion chronic wasting disease potensial dapat menginfeksi dan membuat sakit manusia, sementara penelitian lain telah sampai pada kesimpulan sebaliknya. Jadi kemungkinan transmisi lintas spesies tetap mungkin, meskipun belum terbukti. Sama seperti penyakit bakteri dan virus, ada beragam strain prion yang dapat membuat manusia dan hewan sakit. Meskipun pria itu didiagnosis dengan jenis CJD sporadis tertentu, para dokter berpendapat bahwa pengujian yang lebih rinci diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah prion pria tersebut berbeda dengan prion yang dilihat pada CWD.
Telah ada laporan terisolasi lainnya tentang CJD manusia yang terkait dengan konsumsi daging rusa (bahkan tupai). Kasus-kasus ini sendiri tidak cukup untuk membuktikan bahwa rusa dapat menjadi vektor penyakit prion pada manusia, namun para penulis laporan mengatakan bahwa lebih banyak harus dilakukan untuk mengetahuinya dengan pasti. “Klaster ini menekankan perlunya penyelidikan lebih lanjut mengenai potensi risiko mengonsumsi rusa yang terinfeksi CWD dan implikasinya bagi kesehatan masyarakat,” tulis mereka.