Polisi Anti Huruhara di Los Angeles Menembakkan Senjata LMT 40mm dari Defense Technology yang Dilarang di Kanada.
Jim Vondruska/Getty Images
Menurut Konvensi Jenewa, "rekomendasi" untuk penggunaan proyektil kinetik (seperti Model 1325) menyarankan agar polisi tidak membidik wajah pengunjuk rasa, karena dapat mengakibatkan "patah tulang tengkorak dan kerusakan otak, cedera mata (termasuk kebutaan permanen), hingga kematian." Penggunaan proyektil kinetik dari area yang lebih tinggi, seperti saat protes, meningkatkan risiko tembakan mengenai kepala. Membidik torso dapat merusak organ vital dan menyebabkan penetrasi tubuh, terutama dalam jarak dekat. Kaliber, kecepatan proyektil, dan bahan pembuatnya juga memengaruhi tingkat keparahan luka.
Selain itu, Konvensi Jenewa menentukan situasi penggunaan ilegal senjata ini dan menetapkan aturan:
- Proyektil kinetik tidak boleh ditembakkan dalam mode otomatis.
- Menembakkan banyak proyektil sekaligus melanggar prinsip kebutuhan dan proporsionalitas.
- Dampak proyektil harus diuji dan disetujui untuk memastikan akurasi di area aman tanpa energi berlebihan yang berisiko cedera.
- Senjata proyektil kinetik tidak boleh diarahkan ke wajah atau leher.
"Kurang Mematikan"
Sebagian besar negara merahasiakan nama model senjata yang digunakan untuk membubarkan protes. Beberapa pemerintah mendaftarkan pembelian dengan istilah umum, seperti "peluncur 40 mm," tanpa menyebut merek atau model, menyulitkan akuntabilitas dan verifikasi penggunaan ilegal.
Contohnya, di Meksiko, Sekretariat Pertahanan Nasional meluncurkan tender LA-007000999-E818-2022 pada November 2022 untuk membeli 70.000 proyektil gas 40 mm jarak jauh dan pendek, serta amunisi asap dan penanda cair, menurut El Universal. Spesifikasinya tidak mencantumkan merek atau model peluncur.
Hanya negara seperti Kanada yang mencantumkan merek dan model senjata "non-mematikan" mereka. Rekaman serupa tidak ada di Meksiko atau Amerika Latin.
Penggunaan senjata seperti Penn Arms GL-1 atau Defense Technology 1325 dalam protes sosial sering didokumentasikan oleh Amnesty International, yang menuduhnya digunakan secara kasar terhadap warga sipil. Meski disebut "kurang mematikan," senjata ini dapat menyebabkan cedera serius dan pelanggaran HAM. Dalam laporannya tahun 2023, "My Eye Exploded," Amnesty menuntut penghentian penggunaan proyektil gas atau dampak 40 mm terhadap warga sipil.
Menurut penilaian Lembaga HAM Chili, tindakan polisi selama protes Oktober 2019 mengakibatkan lebih dari 440 cedera mata, termasuk 30 kasus kehilangan atau pecahnya mata.
Artikel ini pertama kali terbit di WIRED en EspaƱol dan telah diterjemahkan dari bahasa Spanyol.