AI Bumi Terbaru Google Tak Sekadar Prediksi Badai, Tapi Tentukan Siapa yang Berada di Jalurnya

Saat badai terbentuk atau sungai meluap, pertanyaan mendesaknya bukan hanya di mana krisis akan terjadi, tapi siapa yang akan paling terdampak. Pembaruan terbaru Google untuk Earth AI bertujuan untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut secara bersamaan.

Perusahaan mengumumkan pada Kamis bahwa mereka memperluas teknologi geospasialnya, dengan menggandeng model AI Gemini dengan gudang data cuaca, populasi, dan satelit yang sangat besar yang telah mereka bangun selama beberapa dekade dalam memetakan planet ini. Hasilnya adalah sebuah sistem yang dapat menghubungkan titik-titik antara peristiwa fisik dan dampak manusia—tidak hanya memprediksi badainya, tetapi juga komunitas yang paling rentan karenanya.

Baca juga: Google Earth Is 20, and the Digital Globe Has 2 Handy New Features for You


Jangan lewatkan konten teknologi yang tidak bias dan ulasan berbasis lab kami. Add CNET sebagai sumber Google pilihan Anda.


Fitur Baru Google Earth AI

Inti dari pembaruan ini adalah fitur yang disebut Google Earth sebagai penalaran geospasial. Pada dasarnya, ini adalah lapisan penghubung yang memungkinkan AI “berpikir melintasi” berbagai jenis data Bumi—prakiraan cuaca, peta populasi, citra—untuk menghasilkan jawaban yang lebih lengkap.

Sebagai contoh, alih-alih hanya menunjukkan di mana sebuah siklon mungkin akan mendarat, penalaran geospasial ini bekerja untuk mengidentifikasi wilayah mana yang kemungkinan akan banjir, berapa banyak orang yang tinggal di sana, dan infrastruktur apa, seperti jaringan listrik, yang mungkin akan gagal terlebih dahulu. Google menyatakan pendekatan itu telah membantu kelompok-kelompok seperti GiveDirectly, yang menggunakan sistem untuk menentukan rumah tangga mana yang paling membutuhkan bantuan tunai setelah banjir.

Daripada menunjukkan di mana badai mungkin terjadi, Penalaran Geospasial dapat mengidentifikasi lingkungan mana yang kemungkinan banjir, berapa banyak orang yang tinggal di sana, dan infrastruktur apa yang berisiko. Google Earth

MEMBACA  CEO Kurt Geiger mengambil alih toko pertamanya pada usia 19 tahun dan harus memecat semua staf yang mencuri.

Ini adalah bagian dari tren yang lebih luas di dalam Google untuk menggunakan Gemini tidak hanya untuk mengobrol atau pemrograman, tetapi juga untuk mempertimbangkan dunia fisik. “Untuk menyelesaikan masalah yang kompleks, Anda perlu melihat gambaran besarnya,” tulis perusahaan dalam siaran persnya, dan penalaran geospasial dirancang untuk melakukan hal itu.

CNET

Kemampuan baru ini juga merambah ke Google Earth, di mana pengguna sekarang dapat mengajukan pertanyaan langsung dalam bahasa alami, mengetik frasa seperti “temukan mekarnya alga” atau “tunjukkan di mana sungai telah mengering.” Gemini memindai citra satelit untuk menemukan pola yang dahulu membutuhkan tim analis dan skrip GIS (sistem informasi geografis) yang dibuat khusus.

Misalnya, seorang pejabat kota dapat mengambil prakiraan banjir, mencocokkannya dengan data populasi, dan dengan cepat mengidentifikasi rumah sakit atau jaringan listrik mana yang paling berisiko. Apa yang dulu membutuhkan analisis berhari-hari atau berminggu-minggu, sekarang dapat terjadi dalam hitungan menit.

Baca juga: Stay Prepared for Natural Disasters by Packing a Go Bag

Model AI Hadir di Google Cloud

Untuk pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan dengan data mereka sendiri, Google juga membawa model inti Earth AI-nya—yang meliputi citra, populasi, dan lapisan lingkungan—ke Google Cloud. Sekelompok kecil Penguji Tepercaya sekarang dapat menggabungkan model-model tersebut dengan kumpulan data kepemilikan mereka untuk melacak segala sesuatu, mulai dari vegetasi yang merambah jalur listrik hingga polusi di dekat sekolah.

Organisasi, seperti kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, telah menggunakan sistem ini untuk memprakirakan wabah kolera di Republik Demokratik Kongo, sementara perusahaan asuransi dan energi sedang mengujinya untuk prediksi kerusakan dan pencegahan pemadaman.

Menurut Google Earth, Anda sekarang dapat mengajukan pertanyaan untuk menemukan objek atau pola dalam citra satelit, seperti “temukan mekarnya alga” untuk memantau pasokan air. Google Earth

MEMBACA  Review iPhone 16 dan 16 Plus: Sangat manis, Anda akan 'hemat'

Prediksi Bencana, Bukan Reaksi Bencana

Pembaruan ini melanjutkan alat-alat tanggap krisis Google yang sudah ada, termasuk peramalan banjir yang saat ini mencakup lebih dari 2 miliar orang. Selama kebakaran hutan di California pada 2025, peringatan Google menjangkau 15 juta penduduk. Tetapi dengan Gemini yang kini terjalin ke dalam Google Earth AI, perusahaan berusaha beralih dari peringatan reaktif ke pencegahan proaktif, membantu para penanggap mengantisipasi apa yang akan datang dan siapa yang membutuhkan bantuan pertama.

Untuk saat ini, sebagian besar fitur ini terbatas pada penguji awal, tetapi Google berencana untuk memperluas akses dalam bulan-bulan mendatang. Jika bekerja seperti yang dijanjikan, Earth AI dapat membuat respons bencana global tidak lagi tentang berebut mengejar ketertinggalan, tetapi lebih tentang selangkah lebih maju dari badai atau bencana alam.

Baca juga: We’re All at Risk From Natural Disasters. Here’s My Plan for Safeguarding and Recovering Vital Records