Zelenskyy: Rencana Perdamaian Trump untuk Ukraina Harus Jamin Perdamaian yang Nyata dan Bermartabat

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa dirinya sedang mengerjakan sebuah proposal dari Amerika Serikat untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Pernyataan ini muncul di tengah tekanan yang kian menguat dari Washington dan serangan bertubi-tubi dari pasukan Rusia di medan pertempuran, hampir empat tahun konflik berlangsung.

Zelenskyy pada Jumat menyebutkan bahwa ia membahas rencana dari Presiden AS Donald Trump dalam sebuah panggilan bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Kanselir Jerman Friedrich Merz.

Saya mengadakan panggilan bersama dengan Presiden Prancis @EmmanuelMacron, Perdana Menteri Inggris @Keir_Starmer, dan @bundeskanzler Friedrich Merz. Saya berterima kasih atas dukungan prinsipil mereka bagi Ukraina dan seluruh rakyat kami.

Kami mendiskusikan rencana perdamaian untuk Ukraina dan semua…

— Volodymyr Zelenskyy (@ZelenskyyUa) 21 November 2025

“Kami sedang menggarap dokumen yang disiapkan oleh pihak Amerika. Ini harus menjadi rencana yang memastikan perdamaian yang nyata dan bermartabat,” tulis pemimpin Ukraina itu di X.

“Kami berkoordinasi secara erat untuk memastikan bahwa posisi-posisi prinsipil diperhitungkan. Kami mengoordinasikan langkah-langkah selanjutnye dan sepakat bahwa tim kami akan bekerja sama di tingkat-tingkat yang sesuai.”

Komentar Zelenskyy ini hadir seiring laporan media yang mengindikasikan bahwa proposal 28 butir Trump untuk mengakhiri perang mendukung beberapa tuntutan utama Rusia, serta narasi perangnya, termasuk agar Ukraina menyerahkan wilayah tambahan, membatasi ukuran militernya, dan dilarang bergabung dengan NATO.

Di sisi lain, pihak Barat akan mencabut sanksi terhadap Rusia, dan Moskow akan diundang kembali ke Kelompok Delapan (G8), dari mana mereka dikeluarkan setelah merebut dan menganeksasi Krimea pada 2014, menurut laporan kantor berita AFP.

Mengutip dua sumber anonim yang mengetahui masalah tersebut, kantor berita Reuters melaporkan pada Jumat bahwa pemerintahan Trump telah mengancam akan menghentikan berbagi intelijen dan pasokan senjata ke Kyiv untuk mendesaknya menerima rencana tersebut.

Sumber-sumber itu menyebut bahwa Ukraina “sedang berada di bawah tekanan yang lebih besar dari Washington dibandingkan selama pembicaraan perdamaian sebelumnya,” karena AS menginginkan negara tersebut menandatangani “kerangka perjanjian” paling lambat Kamis depan.

Di pihak lain, sekutu-sekutu Eropa Ukraina, yang tidak diajak berkonsultasi mengenai proposal AS tersebut, menekankan pentingnya menjaga “kepentingan vital Eropa dan Ukraina,” ujar Jerman seusai pembicaraan dengan Zelenskyy.

Merz, Macron, dan Starmer menyambut baik “upaya AS” untuk mengakhiri perang, yang dimulai pada Februari 2022 ketika Rusia melancarkan invasi skala penuh terhadap negara tetangganya itu.

Namun mereka meyakinkan pemimpin Ukraina itu akan “dukungan penuh dan tak tergoyahkan mereka bagi Ukraina dalam menuju perdamaian yang adil dan berkepanjangan.”

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyatakan bahwa UE dan Ukraina menginginkan perdamaian tetapi tidak akan menyerah pada agresi Rusia. “Ini adalah momen yang sangat berbahaya bagi semua,” kata Kallas kepada wartawan.

“Kami semua ingin perang ini berakhir, tetapi cara berakhirnya itu penting. Rusia sama sekali tidak memiliki hak hukum atas konsesi apa pun dari negara yang mereka invasi; pada akhirnya, syarat-syarat perjanjian apa pun adalah hak Ukraina untuk memutuskan.”

Pertempuran Menghebat

Sementara Ukraina menghadapi tekanan yang kian besar dari pemerintahan Trump untuk menyetujui kesepakatan itu, pasukan Ukraina juga menghadapi tantangan serius di medan pertempuran dan pemboman mematikan dari Moskow.

Tim penyelamat terus mengevakuasi korban jiwa dari reruntuhan setelah serangan misil Rusia di kota Ternopil bagian barat beberapa hari lalu, yang menurut pejabat Ukraina menewaskan sedikitnya 31 orang.

Sembilan puluh empat orang lainnya, termasuk 18 anak-anak, luka-luka dalam serangan yang menghantam sebuah blok apartemen residensial tersebut.

Sementara itu, Kremlin menyatakan bahwa sekitar 5.000 prajurit Ukraina terjebak di tepi timur Sungai Oskil, di wilayah Kharkiv timur Ukraina. Tidak ada komentar langsung dari militer Ukraina.

Laporan ini muncul ketika pasukan Ukraina berusaha memukul balik upaya Rusia untuk merebut kota-kota timur Pokrovsk dan Myrnohrad, di mana pertempuran sengit terjadi.

Serangan Rusia di kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan, pada Kamis malam menewaskan lima orang dan melukai tiga lainnya, menurut layanan darurat. Rusia telah memperluas wilayahnya di region Zaporizhia, yang menjadi lokasi kota tenggara Ukraina yang membentang di kedua tepi Sungai Dnipro.

Pada Jumat, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa kemajuan Rusia di medan perang seharusnya meyakinkan Zelenskyy bahwa “lebih baik bernegosiasi dan lakukan sekarang daripada nanti.”

“Ruang kebebasan untuk mengambil keputusan semakin menyempit baginya seiring hilangnya wilayah,” kata Peskov kepada para wartawan.

MEMBACA  Aktor dan sutradara Bollywood meninggal pada usia 87 tahun