Wycliffe Muia & Natasha Booty
Getty Images
Bintang tersebut menyatakan bahwa dirinya dan para penggemarnya ‘tak pernah mundur dalam menghadapi ketidakadilan’
Nicki Minaj—rapper Trinidad yang berbasis di AS dengan penjualan jutaan kopi—secara publik mendukung klaim Presiden Donald Trump bahwa umat Kristiani menghadapi penganiayaan di Nigeria.
“Di Nigeria, umat Kristiani menjadi sasaran,” ujar Minaj pada Selasa dalam sebuah acara PBB yang diselenggarakan oleh AS, seraya menambahkan bahwa “Gereja-gereja telah dibakar, keluarga-keluarga tercerai berai… semata karena cara mereka beribadah.”
Pernyataan ini menyusul ancaman terbaru Trump untuk mengirim pasukan ke Nigeria dengan “guns a-blazing” jika pemerintahnya “terus mengizinkan pembunuhan terhadap umat Kristiani”.
Akan tetapi, kepresidenan Nigeria menyatakan bahwa kekerasan meluas yang telah lama melanda negara Afrika Barat tersebut mempengaruhi semua orang, tanpa memandang latar belakang atau keyakinan.
Minaj, yang nama aslinya adalah Onika Tanya Maraj-Petty, menyatakan bahwa menyerukan perlindungan bagi umat Kristiani di Nigeria “bukan tentang memilih pihak atau memecah belah masyarakat,” melainkan tentang “menyatukan umat manusia”.
“Ini tentang berdiri tegak menantang ketidakadilan. Ini tentang prinsip yang selalu saya pegang,” tambahnya saat berdiri bersama Duta Besar AS untuk PBB, Mike Waltz.
Rapper berusia 42 tahun itu berterima kasih kepada Trump atas “prioritasnya pada isu ini dan atas kepemimpinannya”.
Ia menggambarkan Nigeria sebagai “bangsa yang indah dengan tradisi kepercayaan yang mendalam” dan bahkan memberikan penghargaan kepada “Barbz yang luar biasa”—sebutan bagi para penggemarnya—di negara Afrika Barat tersebut.
Waltz berterima kasih kepada rapper tersebut karena “memanfaatkan platform besarnya untuk menyoroti kekejaman terhadap umat Kristiani di Nigeria”.
Selama berbulan-bulan, para aktivis dan politisi sayap kanan di Washington telah mengklaim bahwa militan Islamis secara sistematis menargetkan umat Kristiani di Nigeria.
Akan tetapi, BBC menemukan bahwa sebagian data yang dijadikan dasar untuk mencapai kesimpulan tersebut sulit untuk diverifikasi.
Para analis mengatakan bahwa konflik mematikan juga seringkali terjadi akibat persaingan memperebutkan sumber daya vital seperti tanah dan air atau dipicu oleh ketegangan antaretnis, bukan karena agama.
Pemerintah Nigeria tidak menyangkal bahwa terdapat kekerasan mematikan di negara tersebut. Namun mereka menyatakan bahwa, “Teroris menyerang semua yang menolak ideologi pembunuhan mereka—baik Muslim, Kristiani, maupun mereka yang tidak beragama”.
Sebelumnya, Minaj menyebut basis penggemarnya, yang dikenal sebagai “Barbz”, sebagai alasan untuk keterlibatannya, dengan berujar daring: “Para Barbz dan saya takkan pernah mundur dalam menghadapi kelaliman. Pengaruh kami diberikan oleh Tuhan. Pasti ada tujuan yang lebih besar.”
Tahun lalu, ia secara publik mengungkapkan bahwa meskipun pindah dari tanah kelahirannya di Trinidad ke New York pada usia dini, ia masih belum memiliki kewarganegaraan AS.
Kehadirannya di PBB pada hari Selasa merupakan intervensi politiknya yang paling menonjol hingga saat ini.
Dia sempat menjadi berita selama pandemi karena menyebarkan disinformasi mengenai efek samping vaksin Covid—dengan mengklaim bahwa seorang teman sepupunya mengalami pembengkakan testis dan menjadi impoten setelah divaksin.
“Temannya tinggal beberapa minggu lagi menuju pernikahan, sekarang sang wanita membatalkan pernikahan tersebut,” tulis Minaj secara daring.
Komentarnya dikritik oleh kepala petugas medis Inggris pada saat itu, dan Perdana Menteri saat itu, Boris Johnson, juga berkomentar dengan bergurau: “Saya tidak terlalu familiar dengan karya-karya Nicki Minaj sebagaimana mestinya.”
Dalam beberapa bulan terakhir, perseteruannya selama bertahun-tahun dengan sesama rapper New York, Cardi B, memanas dengan mereka saling melontarkan penghinaan mengenai karier dan anggota keluarga satu sama lain.
Getty Images/BBC